Membuka hari setelah sahur dan imsak serta subuh tiba, saya membaca sebuah artikel tentang dunia pendidikan. Bagaimanapun sebagai pendidik saya cenderung tertarik dengan berita pendidikan juga.Â
Yang saya baca kali ini tentang guru yang dalam era Revolusi Industri 4.0 harus mengubah paradigma pembelajarannya yaitu mengubah paradigma pembelajaran dari yang awalnya guru sebagai pusat pembelajar menjadi learning manager.Â
Menarik sebenarnya dan saya yakin hampir semua guru mendukung perubahan paradigma pembelajaran tersebut. Tugas guru seharusnya menyiapkan dan memotivasi siswa untuk selalu belajar, dan mandiri. Metode yang diberikan mengadopsi atau mengambil metode berbasis serba teknologi.Â
Secara tradisional, guru sebagai pusat pembelajar hanya mengajarkan cara menulis, membaca dan menghitung.Â
Namun dengan learning manager guru tak hanya mengajarkan ketiga hal tersebut. Guru harus juga bertindak sebagai learning manager yang mampu menuntun dan memotivasi siswa memanfaatkan metode pembelajaran berbasis teknologi dengan baik.Â
Jika mengubah paradigma tersebut, secara otomatis kegiatan belajar mengajar di dalam kelas juga harus berubah.Â
Komunikasi yang dibangun dalam pembelajaran tidak lagi satu arah (sentralistik), dari guru kepada siswa. Siswa dirangsang untuk lebih terbuka dalam menyaring ide untuk memicu diskusi yang argumentatif dan terbiasa berpikir kritis.Â
Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sarana prasarana pendidikan yang mengarah ke pemanfaatan teknologi belum terpenuhi. Tak semua sekolah memiliki fasilitas komputer dan internet. Ini terjadi di daerah Jawa, apalagi di luar pulau Jawa.Â
Untuk pelaksanaan UNBK saja di SMP dan SMA/K dan terkadang untuk sinkron soal merasa kesulitan. Belum lagi server sering error dalam pelaksanaan UNBK.Â
Jika kondisi ini terus terjadi maka bagaimana mungkin guru bisa memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran dan bisa merangsang siswa agar berpikir mandiri, kritis dan kreatif secara menyeluruh?