Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Paradigma Guru sebagai Learning Manager

25 Mei 2019   05:38 Diperbarui: 25 Mei 2019   13:33 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Seorang guru mengajar di salah satu SD di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara beberapa waktu lalu.(Kompas.com/Kontributor Nunukan, Sukoco)

Membuka hari setelah sahur dan imsak serta subuh tiba, saya membaca sebuah artikel tentang dunia pendidikan. Bagaimanapun sebagai pendidik saya cenderung tertarik dengan berita pendidikan juga. 

Yang saya baca kali ini tentang guru yang dalam era Revolusi Industri 4.0 harus mengubah paradigma pembelajarannya yaitu mengubah paradigma pembelajaran dari yang awalnya guru sebagai pusat pembelajar menjadi learning manager. 

Menarik sebenarnya dan saya yakin hampir semua guru mendukung perubahan paradigma pembelajaran tersebut. Tugas guru seharusnya menyiapkan dan memotivasi siswa untuk selalu belajar, dan mandiri. Metode yang diberikan mengadopsi atau mengambil metode berbasis serba teknologi. 

Secara tradisional, guru sebagai pusat pembelajar hanya mengajarkan cara menulis, membaca dan menghitung. 

Namun dengan learning manager guru tak hanya mengajarkan ketiga hal tersebut. Guru harus juga bertindak sebagai learning manager yang mampu menuntun dan memotivasi siswa memanfaatkan metode pembelajaran berbasis teknologi dengan baik. 

Jika mengubah paradigma tersebut, secara otomatis kegiatan belajar mengajar di dalam kelas juga harus berubah. 

Komunikasi yang dibangun dalam pembelajaran tidak lagi satu arah (sentralistik), dari guru kepada siswa. Siswa dirangsang untuk lebih terbuka dalam menyaring ide untuk memicu diskusi yang argumentatif dan terbiasa berpikir kritis. 

Siswa kelas XII SMK NU Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (30/3/2016) tengah melakukan simulasi ujian nasional berbasis komputer (UNBK).(Kompas.com/ Syahrul Munir)
Siswa kelas XII SMK NU Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (30/3/2016) tengah melakukan simulasi ujian nasional berbasis komputer (UNBK).(Kompas.com/ Syahrul Munir)
Saya pribadi sangat setuju dengan paradigma pembelajaran learning manager. Namun pembelajaran seperti ini bisa dilaksanakan secara bertahap. Ada banyak hal yang menjadi hambatan tantangan. 

Pertama, keterbatasan sarana dan prasarana. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sarana prasarana pendidikan yang mengarah ke pemanfaatan teknologi belum terpenuhi. Tak semua sekolah memiliki fasilitas komputer dan internet. Ini terjadi di daerah Jawa, apalagi di luar pulau Jawa. 

Untuk pelaksanaan UNBK saja di SMP dan SMA/K dan terkadang untuk sinkron soal merasa kesulitan. Belum lagi server sering error dalam pelaksanaan UNBK. 

Jika kondisi ini terus terjadi maka bagaimana mungkin guru bisa memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran dan bisa merangsang siswa agar berpikir mandiri, kritis dan kreatif secara menyeluruh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun