Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Film

Belajar Nilai Kepemimpinan dari Film " Sultan Agung"

19 Februari 2019   08:31 Diperbarui: 19 Februari 2019   08:33 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pict: cosmopolitan.co.id

Jelang pesta demokrasi 2019 ini, kita akan memilih sosok pemimpin yang bisa harapannya bisa membawa kemajuan bangsa dan ngayomi rakyat. Ada dua paslon capres- cawapres yang berlaga dalam pemilu kali ini, disamping memilih wakil rakyat baik di tingkat daerah maupun pusat. Kita harus jeli dalam memilih calon pemimpin negeri ini.

Masa- masa kampanye seperti saat ini beragam berita yang saling mengkritik, menghujat antara pendukung paslon capres cawapres tersebut. Mungkin sejenak kita lupakan perseteruan. Kita bangkitkan lagi persatuan di antara kita. Ada banyak hal yang bisa perjuangkan saat ini ketimbang mengomentari segala tingkah laku para paslon capres-cawapres. 

Kita ingat lagi perjuangan para pejuang bangsa dalam usaha mengusir penjajah dari bumi khatulistiwa ini. Jika ingin melihat pemimpin yang benar- benar menginspirasi dalam berbangsa dan bernegara ada film Sultan Agung. Film ini disutradarai Hanung Bramantyo. 

Film ini sarat dengan kisah cinta tanah air dari Sultan Agung dan perjuangan untuk mengayomi rakyat. Meski pada awalnya ada kritik dari GKR Bendara karena kurang pasnya penggunaan ubo rampe pakaian dan jarik yang dikenakan para pemain. Kritik ini diposting di akun IG GKR Bendara.

Kritik dari GKR Bendara atas penggunaan kain jarik yang tidak sesuai pakem. Pict: gkrbendara/IG
Kritik dari GKR Bendara atas penggunaan kain jarik yang tidak sesuai pakem. Pict: gkrbendara/IG
Mas Rangsang --nama kecil Sultan Agung-- pada awal ditawari untuk menjadi pewaris tahta tak mau. Dia merasa bukanlah putra mahkota. Ada pewaris yang sebenarnya lebih berhak menjadi raja Mataram yaitu adiknya yang bernama Martapura. Namun sang ayah memberikan wasiat bahwa Mas Rangsanglah yang akan menggantikannya. Hal ini karena Martapura cacat fisik, tunagrahita.

Mas Rangsang lebih memilih menjadi ksatria. Namun --karena dibujuk dan mendapat wasiat-- pada akhirnya demi memperjuangkan rakyat, agar tak dikuasai negara-negara Eropa yang berdatangan ke wilayah Indonesia, maka Mas Rangsang bersedia menjadi raja Mataram. Dilantiklah Sultan Agung menjadi raja di Mataram. 

Penuh keberanian Sultan Agung berhadapan dengan Belanda. Dalam pikiran beliau sungguh aneh bila Belanda, VOC, datang ke Indonesia untuk berdagang tapi membawa senjata api. Sultan Agung sadar dan waspada pada bangsa-bangsa yang masuk wilayah Mataram.

Film yang dominan berbahasa Jawa ini memang keren dan sarat pelajaran. Bekerjasama dengan negara lain itu penting tapi harus mengedepankan kepentingan dan hajat hidup orang banyak.

Semoga para pemimpin negeri ini bisa belajar banyak dari sejarah bangsa, menjadi sosok yang tegas, mengayomi rakyat, mencontoh keberanian para pahlawan. Rakyat juga harus bersatu agar tak mudah terpecah belah dan Indonesia tetap jaya.

Ada baiknya para generasi penerus bangsa menonton film ini untuk lebih memupuk jiwa nasionalisme. Agar kelak menjadi pemimpin yang kokoh, kuat, cinta tanah air.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun