Malam tiba. Si bungsu sudah rewel. Pingin tidur. Sang ibu segera menidurkannya. Saking lelahnya, si ibu juga ikut tertidur.
Mata yang rapat akibat kantuk yang luar biasa dibukanya dengan paksa.
"Bangun, Bu. Thole dipindah kamar dulu...", Kata suamiku.
Aku tak segera membuka mataku. Rasanya panas, pedih dan sulit kubuka. Berulang kali suamiku membangunkan aku. Tak beranjak juga aku dan si bungsu dari karpet di dekat tivi.
Akhirnya suamiku yang memindahkan si bungsu ke kamar. Aku dengan memaksa mataku melangkah ke kamar juga. Baru saja mau merebahkan tubuh, suamiku ke kamar.
"Tolong keroki aku, Bu..."
Akhirnya aku ngeroki suamiku. Meski sebenarnya ngantuk banget. Tapi aku sadar kalau ternyata aku belum makan malam. Biasanya selepas Maghrib kami makan bersama, entah kenapa tadi tidak.
Sambil ngeroki suami, aku menahan perut yang keroncongan. Aku selesaikan dulu ngeroki suami.
Setelah selesai, suamiku biasanya minta diurut juga tapi aku terpaksa menolaknya.
"Perutku sudah lapar, Pakne", aku menolak keinginannya.
Aku menuju dapur untuk mengambil nasi dan lauk seadanya. Kalau misal tak ada lauk pun asal ada garam. Hahahaha... Atau nyambel bawang trus goreng pete. Nikmatnya tiada duanya. Soalnya itu adalah lauk ternikmat. Lauk lapar berat.
"Jam segini mau makan, bune?", Tanya suamiku.