Baru Musim, Muncul Lagi Kuliner Ekstrem dari Gunungkidul
Saat ini pohon jati, pohon trembesi daun-daunnya mulai dinikmati ulat-ulat. Jadi ingat dulu pas masa sekolah di SMP sambil bersepeda harus menghindari ulat-ulat jati yang terjun bebas di pagi hari. Meskipun ulat ini berukuran kecil tapi kalau sudah takut duluan pasti orang seperti saya tetap ngeri juga.
Ah... ulat. Ulat yang sudah kenyang pada saatnya menjadi kepompong, bakal munculnya kupu-kupu yang cantik.
Ulat dan kepompong menjadi salah satu kuliner istimewa di Gunungkidul. Kalau punya waktu senggang, tak jarang orang-orang mencari enthung atau kepompong ini. Bisa dinikmati sendiri, bagi orang yang suka. Bisa juga dijual. Jangan salah harga enthung sangat fantastis. Dari cerita saudara harga enthung atau kepompong mencapai 50ribu sampai 100ribu rupiah per-kilogram.
Berikut beberapa gambar yang muncul di story WA teman saya.
Lalu diapakan enthung-enthung itu? Sama seperti walang atau belalang, enthung atau kepompong bisa digoreng, dibacem atau disayur pedas.
Dari mereka yang sering menikmati dan mengolah enthung atau kepompong ini, cara masaknya diawali dengan dimasukkan dalam baskom dan disiram air panas. Setelah itu dibumbui dengan racikan, misal bumbu bacem atau disayur.
Bagaimana rasanya? Saya sendiri tidak tahu persis. Saya enek melihatnya. Tapi kata teman saya rasanya enak.
Nah, kalau penasaran para pembaca bisa beli enthung atau kepompong ini. Atau berburu enthung sendiri terus diolah sendiri. Silakan menikmati kuliner ekstrem ala orang Gunungkidul.