Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Krisis Tata Krama pada Kalangan Siswa

13 Desember 2018   12:53 Diperbarui: 13 Desember 2018   13:08 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa waktu yang lama ini dunia maya diwarnai berita viral anak SMA yang membully gurunya. Dalihnya bercanda.

Apakah guru sudah bukan figur yang pantas dihormati? Apakah sosok guru pantas dibully meski dengan alasan guyon atau bercanda? Tak adakah cara bercanda dengan sikap yang lebih sopan dan memperhatikan tata krama?

Memang rasanya senang memiliki guru yang bisa dijadikan teman, orangtua sekaligus. Akan tetapi bukan berarti anak muda kehilangan rasa hormat kepada guru. Bagaimanapun guru adalah sosok yang memberikan contoh, teladan, mentransfer ilmu, mendidik siswa agar lebih bermartabat di masa depannya.

Ketika mendapatkan perhatian dan kasih sayang guru tentu sangat menyenangkan. Ada kesan yang mendalam ketika kita bisa dekat dengan guru. Guru menjadi orang yang sangat kita tunggu kehadirannya.

Dalam hati guru pun sudah bahagia bila mengetahui dirinya disayangi, diidolakan. Tak butuh hadiah atau kado. Dekat dengan siswa seperti dekat dengan anaknya sendiri. Bahkan mungkin lebih dekat.

Ketika siswa berlaku agak nakal, guru berusaha untuk menahan diri agar tak melakukan perlakuan dan ucapan kasar. Tapi guru juga manusia, bisa kehilangan sedikit kesabaran. Nah, akhirnya muncul julukan aneh untuk orangtua selama siswa di sekolah. Guru killer, monster, dan sebagainya. Siswa seolah merasa bangga dan puas ketika berhasil memberikan julukan tersebut dan mengajak temannya seperti dirinya.

Perlakuan siswa yang keterlaluan sungguh membuat miris bagi kita semua. Krisis moral di kalangan siswa menjadikan tamparan keras bagi orangtua. Orangtua siswa akan merasa malu, tapi di sisi lain itu bisa jadi pengingat bagi orangtua agar lebih memperhatikan anaknya. Selama ini mungkin tak memberikan didikan yang baik bagi anaknya.

Semoga ke depannya, guru bisa lebih dihormati para siswa. Dan siswa bisa lebih fokus untuk belajar agar kelak menjadi orang yang lebih sukses dan membahagiakan diri sendiri dan orangtuanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun