Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humor

Jamu Gendhawil

11 Desember 2018   12:49 Diperbarui: 11 Desember 2018   12:53 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Mengajar mata pelajaran Bahasa Jawa baru ku lakukan dua tahun terakhir ini karena guru Bahasa Jawa yang merupakan Kepala Sekolah mutasi ke SD sebelah.

Tentu saja mengajar Bahasa Jawa penuh tantangan. Maklum selama 13 tahun menjadi guru, baru dua tahun ini diamanahi mengajar Bahasa Jawa. Tahun kemarin aku mengajar di kelas V, jadi secara paketan aku mengajar semua materi pelajaran kecuali Al Islam, Bahasa Arab dan Kemuhammadiyahan.

Tahun ini aku diamanahi mengajar di kelas IV karena mulai tahun ini kelas IV menggunakan Kurikulum 2013, dan kebetulan aku yang mendapatkan undangan Diklat dari pusat selama enam hari.

Okelah. Tak mengapa. Segala sesuatu bisa diatasi. Guru adalah dalang. Masak dhalang kentekan lakon, dalang kehabisan lakon.

Belajar sedikit demi sedikit tentang Bahasa Jawa. Bila ada kesulitan, aku tanpa malu bertanya kepada Kepala Sekolah yang sudah mutasi. Aku tak mau kalau aku salah memberikan konsep pelajarannya. Kasihan siswanya kalau sampai menerima pengetahuan yang salah.

Oke.. kembali ke materi Bahasa Jawa kelas IV. Pada awal Wulangan 4 materinya Ajar Nyemak. Siswa menyimak wacan(bacaan) berjudul Gendhawil. Aku sendiri agak asing dengan kata ini. Hahaha... Orang Jawa yang tidak Njawani itulah aku. Akhirnya ku baca pelan-pelan wacan tadi.

Wacan itu dikutip dari majalah Djaka Lodhang no 7 tahun 2008 tulisan Ayoe, Jajaran. Ceritanya tentang kisah seorang cucu yang dimintai tolong oleh Simbah Putrinya untuk membelikan jamu Gendhawil. Sang cucu merasa kebingungan dengan maksud Simbah Putrinya.

"Jamu Gendhawil sing sok ditawakake ing radhio kae lho!" (Jamu Gendhawil yang diiklankan di radio itu lho!")

Si cucu tetap kebingungan. Dari keterangan Simbah Putri jamu Gendhawil itu bisa diketahui dari iklan radio dengan harga 5000rupiah. Si cucu baru tahu ketika di radio menayangkan iklan "susu kuda liar", dan Simbah Putri berseru, " Lha kuwi galo tawa jamu Gendhawil. Bocah dikandhani kok ngeyel!" ("Lha itu iklan jamu Gendhawil. Bocah dibilangi kok ngeyel!")

Sehabis tahu yang dimaksud si cucu tertawa kemekelen.

Ah...lucu juga cerita dalam wacan tadi. Akupun tertawa dalam hati. Ada-ada saja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun