Mohon tunggu...
Harjono Honoris
Harjono Honoris Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Generasi Ke-2 Penjaga Toko Obat Cina Makassar | Aktif di Instagram Multi Prima @obatmultiprima

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Aku, Non-Muslim yang Selalu Menanti-nanti Bulan Ramadan

13 Mei 2019   02:50 Diperbarui: 15 Mei 2019   23:02 1728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cowok Bingung (Adrian Dascal, Unsplash)

Puas menganggu Anto, bel pulang sekolah berbunyi. Malas pulang ke rumah, penulis bersama teman-temannya pun mencari makan. Keliling-keliling seputar sekolah, tidak ketemu tempat makan. Jalanan sepi. Saat itu belum ada yang namanya gofood atau grabfood. Yang ada cuma delivery fast food pizza atau ayam goreng, yang harganya gak sesuai dengan kantong kami.

Seperti musafir berkelana di gurun pasir, kami mencari-cari warung yang tak kunjung terlihat. Toko kelontong yang jualan air juga tak kunjung terlihat (zaman itu juga belum ada indomaret dan alfamart). Kami baru nyadar, orang-orang beneran fokus puasa.

Namun, mungkin yang paling membuat kami sadar bulan puasa itu ya si Anto sendiri. Perilakunya berubah menjadi lebih sabar, jarang jahilin teman, dan bener-bener gak ngambil makanan orang. Pernah penulis jalan-jalan waktu istirahat, dan melihat Anto keluar melewati gerbang sekolah. Penulis nanya dia ngapain, katanya, "Sholat." Perkataan itu sampai sekarang masih menjadi buah bibir teman sekelas. Benar-benar ini bulan puasa.

5. Takjil, Takjil!

Ilustrasi takjil es buah (Pxhere).
Ilustrasi takjil es buah (Pxhere).

Suasana makin ramai menjelang sore hari. Jalan raya penuh kendaraan. Klakson bersuara lebih kencang dari sebelumnya, walau gak ada suara marah-marah. Trotoar jadi terlihat warna-warni, serba hijau, merah, coklat, pink, apalagi kalau bukan karena takjil. Es buah, kolak, kue-kue dan berbagai jajanan pasar dengan kadar kemanisan yang sungguh di luar batas kewajaran. Tapi bodo amat.

Yang terjebak macet tentunya paling senang dengan takjil ini. Dari trotoar sampai tengah jalan (jangan ditiru ya anak-anak) pasti ada saja yang jualan. Paling senang tuh kalau ada warung yang promo dan bagi-bagi takjil gratisan. Ah ludes, laris manis, dan dikasih aja tuh untuk yang puasa maupun nggak puasa. Di saat seperti ini, saya dengan tulus mengatakan "Alhamdulillah".

6. Gak Ada Ribut-Ribut

Ilustrasi Ramadhan (Faris Algosaibi, Flickr).
Ilustrasi Ramadhan (Faris Algosaibi, Flickr).

Kampung halamanku itu sudah biasa ribut demonstrasi yang protes macam-macam. Protes sembako, protes lapangan kerja, pendidikan, produk impor, perselisihan tetangga, dan seterusnya.

Namun, selama bulan Ramadhan hampir tak ada lagi demonstrasi seperti ini. Gak ada lagi ceritanya macet karena oknum sini demonstrasi di jalan apa. Gak ada pesan berantai yang menyatakan hati-hati di jalan ini karena ada kasus perselisihan antar tetangga. Paling-paling ya macet karena acara buka puasa atau sholat berjamaah di berbagai tempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun