Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Surat ke Pak Nadiem Makarim

14 September 2022   19:16 Diperbarui: 14 September 2022   19:21 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Semoga Menteri Pendidikan pak Nadiem Makarim berkesempatan dan berkenan membaca tulisan ini:

Kita harus mempersiapkan anak-anak kita (remaja), sedemikian sehingga nanti di masa depan yang tidak begitu jauh, mereka mampu mengarungi kehidupan yang keras, mampu memenangi persaingan yang sangat ketat. Itulah jargon yang sudah didengungkan sejak lama, terutama oleh setiap menteri pendidikan yang baru dilantik, menteri pendidikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Entah karena apa, setiap menteri pendidikan yang baru, selalu mengobrak-abrik apa yang sudah ada, dan selalu merasa lebih hebat dari yang sebelumnya.

Masalah pertama, tidak ada yang mampu mendefinisikan tentang seperti apa masa depan. Kita sepakat bahwa kehidupan masa depan lebih keras dari kehidupan masa kini, tetapi tidak sepakat tentang "sekeras apa." Kita sepakat bahwa kompetisi di masa depan pasti lebih ketat dari kompetisi di masa kini, tetapi tidak sepakat tentang "seketat apa." Masa depan hanya bisa diprediksi, tidak bisa definisikan apalagi dipastikan.

Tetapi setiap orang yang memiliki daya tahan yang lebih kuat, memiliki daya juang yang lebih keras, memiliki disiplin yang lebih baik, orang yang lebih jujur, memiliki kreatifitas yang lebih mumpuni, memiliki motivasi yang lebih membara, memiliki pola pikir yang lebih beragam, berpeluang lebih besar memenangi persaingan, lebih mampu mengarungi gelombang kehidupan, lebih mungkin menjadi berguna di masyarakat. Tentang ini, saya pikir kita semua sepakat.

Di dalam buku "GRIT, The Power of Passion and Perseverance, by Angela Duckworth" yang terbit pada tahun 2016, disimpulkan bahwa bakat (talent) memang penting, tetapi usaha (effort) lebih penting. Dari hasil riset yang dilakukan di West Point, Angela Duckworth menyimpulkan bahwa kemampuan menghadapi tantangan yang sulit tidak ada hubungannya dengan bakat, tetapi lebih ditentukan oleh "sikap pantang menyerah, kemampuan bertahan menghadapi tantangan". Kadet yang mengundurkan diri dari West Point adalah orang-orang yang sangat berbakat.

Kesimpulan dari buku ini sangat melegakan. Jika kesuksesan lebih ditentukan oleh bakat, sama saja mengatakan bahwa kesuksesan adalah takdir yang sudah tertulis di dalam Gen. Karena takdir tidak bisa diubah, yang bisa kita lakukan hanya mengutuk dan mengutuk takdir, dunia menjadi gelap gulita. Tetapi buku ini mengatakan "jangan tangisi bakatmu, tetapi tangisilah usahamu," kesuksesanmu lebih dipengaruhi oleh seberapa keras kamu berusaha. Ini melegakan, sebab keberhasilanku bukanlah takdirku, tetapi buah dari usahaku, dan usahaku bergantung pada diriku sendiri, artinya sukses atau gagal ada ditanganku, ada pada lingkup kendaliku. Semoga Pak Nadiem pernah membaca buku ini, dan menyimak pesan luar biasa yang tersirat di dalamnya.

Buku ini membuat saya menjadi paham. Mata pelajaran Matematika di sekolah bukan hendak menjadikan siswa menjadi pakar matematika. Mata pelajaran Fisika bukan hendak membuat agar siswa menjadi pakar Fisika. Mata pelajaran sejarah bukan agar siswa menjadi pakar sejarah. Tetapi beragam mata pelajaran di sekolah adalah sarana latihan agar siswa memiliki cara berpikir yang beragam, sebab di masa depan keragaman berpikir itu sangat berguna. Mata pelajaran bukan tentang mata pelajaran, tetapi tentang karakter dan pola pikir yang dapat ditanamkan ke siswa melalui mata pelajaran tersebut. Keutamaan dari mata pelajaran fisika bukan tentang fisika, tetapi tentang karakter yang dapat ditumbuhkan melalui pelajaran tersebut.

Jika kita sepakat bahwa pendidikan itu adalah untuk menumbuhkan daya juang, memperkokoh daya tahan, meningkatkan kejujuran, meningkatkan kedisiplinan, dan memperkaya pola pikir, maka pertanyaan berikutnya adalah "apa sarana, atau melalui apa, kita melakukan semua ini?". Sesungguhnya jawabannya sederhana. "Melalui Semua Mata Pelajaran yang diajarkan di Sekolah".

Guru yang mengampu mata pelajaran Fisika, tugas mulia anda adalah meningkatkan daya juang, daya tahan, kejujuran, disiplin, dan memperkaya pola pikir siswa menggunakan sarana yang paling anda kuasai, yaitu mata pelajaran Fisika.

Guru yang mengampu mata pelajaran Geografi, tugas mulia anda adalah meningkatkan daya juang, daya tahan, kejujuran, disiplin, dan memperkaya pola pikir siswa menggunakan sarana yang paling anda kuasai, yaitu mata pelajaran Geografi.

Guru yang mengampu mata pelajaran bahasa Inggris, tugas mulia anda adalah meningkatkan daya juang, daya tahan, kejujuran, disiplin, dan memperkaya pola pikir siswa menggunakan sarana yang paling anda kuasai, yaitu mata pelajaran bahasa Inggris.

Guru yang mengampu mata pelajaran Biologi, tugas mulia anda adalah meningkatkan daya juang, daya tahan, kejujuran, disiplin, dan memperkaya pola pikir siswa menggunakan sarana yang paling anda kuasai, yaitu mata pelajaran Biologi.

Dan seterusnya ....... dan seterusnya ......

Pendidikan menjadi sarana dan tempat menanam, memupuk, dan menumbuhkan "Passsion and Perseverance"..... sekolah menjadi tempat yang menyenangkan dan membahagiakan.

Maka saya sangat tidak menyukai dan tidak setuju dengan Kurikulum Merdeka. Hasil dari kurikulum merdeka adalah manusia-manusia medioker yang hanya mampu melakukan apa yang mereka sukai, tidak berdaya dan loyo jika keadaan tidak seperti yang diinginkan. Alasannya seperti yang tertulis di atas.

Keputusan untuk menghapus TKA dari seleksi mahasiswa baru PTN juga mengherankan. Hasilnya nanti adalah mahasiswa-mahasiswa baru yang medioker.

Di sisi lain, sangat banyak siswa yang menyambut gembira dan berterimakasih, kurikulum merdeka dan dihapusnya TKA dari seleksi ke PTN membuat beban mereka menjadi sangat ringan. Siswa SMA ini belum mampu untuk memahami bahwa beban yang ringan saat ini adalah karena sebagian besar beban itu dipindahkan ke masa depan mereka. Walaupun pak Nadiem yakin bahwa dihapusnya TKA tidak akan menurunkan semangat belajar siswa, tapi fakta di lapangan adalah kebalikannya. Jika kini siswa berkata untuk apa belajar biologi?...... itu wajar dan manusiawi.

Berlian terbentuk dan dihasilkan oleh tekanan tinggi, itu alamiah. Hanya orang bodoh yang berkata sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun