Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Covid-19, Katak yang Direbus di Panci

12 Januari 2021   18:54 Diperbarui: 12 Januari 2021   19:08 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Katak itu jika dimasukkan ke panci lalu dipanasi dengan perlahan-lahan sekali, sang katak tidak akan sadar bahwa hidupnya sangat terancam. Melompat untuk menghindar dari malapetaka tidak akan terpikirkan, sampai mati terebus di dalam panci. Sang katak "nyaman di dalam keterancaman".

Begitulah kata orang-orang. Dan itu mengundang pertanyaan, apakah kita adalah masyarakat katak?

Tentang penambahan jumlah harian infeksi COVID-19, grafiknya yang eksponensial terbuka ke atas, memang membuat tidak nyaman, tetapi tidak lagi membuat kita kaget. Saraf kaget kita sudah membusuk, entahlah.

Bandingkan terhadap awal pandemi, dimana jumlah infeksi harian sebanyak 10 orang awalnya membuat kita terkejut, lalu menjadi terbiasa. Lantas angka infeksi harian yang membuat kaget meningkat menjadi seratus, beberapa saat kemudian angka seratus menjadi biasa.

Kita pernah gempar karena angka infeksi harian tembus ke 1000, alarm nasional menyala. Itu sesaat saja, sebentar kemudian angka seribu menjadi hal yang lumrah. Angka yang membuat kaget meningkat ke lima ribu, lalu tujuh ribu, lalu sepuluh ribu. Pertengahan Januari 2021, angka sepuluh ribu semakin sering dicapai, maka akhir Januari angka itu menjadi lumrah. Mari kita buat tebak-tebakan, berapakah angka infeksi harian di awal Februari nanti? .... berapapun itu yang pasti tidak lagi membuat kita kaget dan cemas.

Tampaknya otak kita diset sedemikian rupa agar seperti katak yang direbus di dalam panci, hidup nyaman pada kehidupan yang terancam. Tidak perlu menunggu lama, kasus positip akan tembus ke satu juta dan itu tidak akan membuat kaget lagi.

Pada awalnya, bunyi nguing nguing sirene ambulan terdengar meyeramkan dan mencemaskan. Sekarang, jangankan menyeramkan dan mencemaskan, hari akan terasa aneh jika tidak mendengar nguing nguing sirene ambulan.

Ketika angka infeksi harian masih seratusan, kita terapkan PSBB ketat. Mal tutup, pesta apapun tidak boleh, semua tempat hiburan tutup, Ancol harus tutup. Semua sekolah tutup, bekerja dari rumah (WFH).

Saat infeksi harian menembus angka sepuluh ribu, PSBB justru lebih longgar. Mal boleh buka sampai pkl 19.00, pesta boleh dengan kapasitas 25%, tempat hiburan boleh beroperasi sampai pkl 19.00, WFH 50%, dan lain-lain.

Jika penularan bisa dicegah dengan 3M, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dari tiga syarat itu tidak ada yang sulit dilakukan, lantas kenapa kasus infeksi harian meningkat eksponensial?

Teori "katak yang direbus dipanaskan perlahan-lahan di dalam panci" dapat dengan cukup mudah menjelaskan peningkatan kasus infeksi harian ini.

Kita sedang duduk dengan nyaman di dalam panci yang dipanasi perlahan-lahan. Pertanyaan hanya satu, siapa yang menyalakan api?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun