Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Politikus Brengsek Itu Berkata, Rakyat Hanya Butuh Makan

4 Desember 2020   13:55 Diperbarui: 4 Desember 2020   14:01 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Wahai kalian semua yang menyebut diri politikus, pemimpin atau calon pemimpin, yang bermimpi menjadi pemimpin, yang merasa sudah menjadi pemimpin, mengapa kalian memandang rakyat sebagai mahluk hina yang sederajat dengan binatang? ... kampret berotak udang. Kampret itu melihat dunia dengan posisi yang terbalik, otak udang itu ada di pantatnya.

Engkau yang berkata bahwa rakyat hanya butuh makan, mulutmu itu layak disumpal dengan sandal. Tega-teganya engkau menyamakan rakyat dengan sapi dan kerbau yang hanya butuh rumput segar. Rakyat makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Otakmu yang dekil mungkin tidak mampu menjangkau perbedaan antara makan untuk hidup dengan hidup untuk makan. Atau otakmu cukup cerdas memahami perbedaan itu, tetapi hatimu dibungkus dengan selaput kesombongan dan keegoisan.

Apakah kau pikir rakyat tidak tahu bahwa infra struktur itu tidak bisa dimakan? ... bego lhu. Kami mengetahui dengan jelas bahwa jembatan, jalan tol, gedung pabrik, gedung sekolah, semua itu tidak bisa digigit apalagi ditelan. Tapi kami mengetahui apa yang tidak mampu kau pahami, yaitu tanggungjawab seorang pemimpin adalah membangun masa depan. Dasar kau politikus sangat brengsek.

Kami paham betul, semua infra struktur itu demi masa depan anak-anak kami, cucu-cucu kami. Kami rela menderita saat ini demi mereka, demi semua keturunan kami yang sudah lahir dan yang akan lahir. Kami bermimpi keturunan kami bersekolah di gedung yang nyaman, melintasi jembatan yang kokoh, jalan raya yang mulus dan lancar. Kami bermimpi agar keturunan kami tidak mengalami kebanjiran atau kekeringan, tidak mengalami lagi pemadaman listrik bergilir, tidak mengalami lagi susahnya memperoleh pekerjaan. Semua yang diperlukan untuk mewujudkan impian tentang keturunan kami mesti diwujudkan saat ini, saat kami masih hidup, meskipun hidup dalam kesusahan. Kami ingin dikenang sebagai leluhur yang berbudi.

Itu sebabnya ketika engkau berkata bahwa "rakyat hanya butuh makan", ingin kusumpal mulutmu dengan sandalku ini. Sebab engkau adalah orang yang akan menghancurkan impian tentang keturunan kami di masa depan, kualat.

Kau sangat tidak pantas menjadi pemimpin. Dan jika karena kelicikanmu kau berhasil menjadi pemimpin, itu menjadi malapetaka yang sesungguhnya buat rakyat dan buat negara ini. Sebab di otakmu yang kotor itu hanya pemahaman bahwa rakyat hanya butuh makan, sisanya untuk dirimu, kelompokmu, keluargamu, kroni-kronimu. Rakusnyaaa ...

Begitu juga engkau yang berkata "rakyat mudah dihasut", betapa dangkal pikiranmu, betapa isi kepalamu bukan otak tapi air comeran, betapa munafiknya dirimu. Betul bahwa ada rakyat yang terhasut, tetapi itu karena ada yang menghasut, dan yang menghasut itu adalah dari kalian para politikus itu. Kalian menghasut untuk kepentingan kalian sendiri, lalu kalian teriak agar rakyat jangan mudah terhasut, munafik sekali kan? Seharusnya mulutmu berteriak "jangan ada yang menghasut rakyat". Tetapi memang tidak mungkin kau berteriak "jangan ada yang menghasut rakyat", sebab menghasut sudah menjadi karakter yang melekat erat di hatimu, di pikiranmu, dan di tubuhmu.

Rakyat hanya butuh makan, rakyat mudah dihasut ..... bah politkus super brengsek.

Itulah yang kudengar dalam mimpiku tadi malam. Saya tidak mengenal wajah orang dalam mimpiku itu, tetpi intonasi suaranya yang menggelegar terasa akrab di telingaku.

Dan, aku terbangun dengan peluh membasahi punggung, rupanya listrik padam sehingga kamar jadi panas. Aku berterimakasih, bukan ke PLN tapi karena aku bukan seorang politikus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun