Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Yang Melegakan dari Pilpres AS

12 November 2020   16:54 Diperbarui: 12 November 2020   16:56 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perjalanan pilpres AS (Amerika Serikat) membuat saya lega banget, bukan hasilnya yang memenangkan Joe Biden, tetapi situasi dan kondisi sejak masa kampanye, saat pencoblosan, masa penghitungan suara, sampai penetapan hasil, membuat saya merasa sangat lega.

Apapun hasilnya, Trump atau Biden, gue sih never mind-lah. Wong aku hidup ribuan mil dari Trump dan Biden, bahasaku juga tidak mereka pahami, aku belanja pakai rupiah, sama sekali tidak tertarik ke US dolar. Hanya satu yang saya butuh dari kedua kandidat, jangan ganggu google. Dan saya sangat yakin, baik Trump atau Biden pasti tidak berani mengutak-atik google-ku itu.

Saya sedikit merasa aneh, ribuan mil dari AS, bukan warga AS, tak paham politik AS, tidak mengenal kedua kandidat, belum pernah memijak tanah AS, kok bisa merasa Trump adalah masalah sedangkan Biden adalah solusi, Trump adalah kutukan sedangkan Biden adalah berkat. Siapapun presiden di sana, dia itu presiden hanya untuk warga Negara AS, tidak untuk yang lain.

Berhentilah merasa, dan berharap, bahwa dunia akan lebih aman jika Trump kalah. Trump adalah satu-satunya presiden AS yang belum pernah mengirimkan militernya ke wilayah Negara lain. Lalu apakah Biden akan campur tangan mengatasi pelarangan pembangunan rumah ibadah di Indonesia?, atau apakah Biden akan turut campur tangan mengatasi kesombongan gerombolan moge di jalanan?, apakah Biden akan membantu mengatasi banjir di Jakarta?, apakah Biden akan membantu memberantas korupsi di Indonesia?, ... bodoh banget jika berharap.

Siapapun presiden, America's first pasti jadi landasan memimpin. Trump mengatakan itu dengan gamblang, yang lain membungkusnya dengan bahasa yang menenangkan dan menipu. Bagi mereka, kepentingan AS, kepentingan ekonomi atau politik atau keduanya, adalah nomor satu. Jika Biden memberikan uangnya ke Palestina, itu bukan karena AS sayang ke Palestina, tapi suatu kepentingan yang dibungkus dengan dolar. Salah besar jika Palestina berharap Biden akan membantu mereka mewujudkan kemerdekaan.

Dahlan Iskan mengatakan bahwa justru Biden lebih berbahaya buat Indonesia. Sejarah Demokrat dapat menunjukkan itu, yang saban masa selalu usil mencampuri urusan dalam negeri orang lain dengan alasan HAM, tendensinya mendukung kaum separatis di suatu Negara.

Lantas apa yang membuat lega? ....

Dua kali pilpres, tahun 2014 dan 2019, sempat membuat saya cemas, bahwa bangsaku ini sudah terjebak di sebuah pusaran sehingga tidak akan dapat bergerak menuju Negara yang adil dan makmur sesuai yang tertulis di konstitusi. Energi selalu habis terkuras secara periodik setiap pilpres dan pileg, ikatan kebangsaan semakin longgar di setiap pilpres dan pileg, kepercayaan sosial makin tergerus. Kita selalu kembali ke titik nol ketika kekuasaan beralih. Mengkhawatirkan dan mencemaskan.

Nah, saat mengikuti berita pilpres AS, Negara yang sudah berdemokrasi sejak ratusan tahun lalu, Negara yang katanya sudah dewasa dalam berdemokrasi, yang katanya menjadi kampiun demokrasi, pilpres berlangsung pada suasana yang hampir seratus persen sama dengan suasana pilpres di sini. Bukankah itu melegakan? .. dan membanggakan karena inilah satu-satunya AS mencontek dari Indonesia.

Seperti di sini, saling menyerang kehidupan pribadi, menuduh adanya kecurangan tapi tidak memberikan bukti, menggerakkan pendukung berdemo menolak hasil pilpres, ternyata terjadi juga di AS, kampiun demokrasi itu.

Sedikit perbedaan, pilpres di AS berlangsung seperti itu setelah rakyatnya makmur dan negaranya kuat, pilpres di Indonesia berlangsung seperti itu saat rakyatnya masih didera kemiskinan dan Negara masih lemah.

Yang penting bukan siapa presidennya, tetapi yang penting itu adalah siapa rakyatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun