Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Genetika dan Kosmologi, Good Bye God

9 November 2020   15:18 Diperbarui: 9 November 2020   15:47 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Biologi (evolusi dan genetika) dan Fisika (kosmologi) menjadi dua cabang ilmu yang dianggap berpotensi meniadakan penciptaan. Jika tiada penciptaan berarti Tuhan tidak ada, konsekuensi logisnya seperti itu. Biologi dan Fisika ini cukup sering menjadi alasan untuk menjadi atheis, atau paling tidak menjadi argumen yang memperkuat pilihan untuk menjadi atheis.

Betulkah bahwa perkembangan Biologi dan Fisika itu bergerak menuju ketiadaan penciptaan?.

Pertama, mari kita sadar bahwa para pakar di bidang Biologi dan Fisika, mereka bekerja keras, berpikir keras, untuk satu tujuan, yaitu menyingkap misteri, utnuk itu dan hanya itulah. Tidak seorangpun dari mereka melakukan penelitian untuk tujuan meniadakan penciptaan, yang dengan demikian sekaligus meniadakan Tuhan.

Para pakar ini terdiri dari manusia-manusia eksentrik, dan mereka bekerja di dalam menara gading, jauh dari jangkauan publik, atau bahkan terputus dari publik. Andai kita mendengar sekelompok pakar genetika atau pakar kosmologi sedang berdiskusi, pasti kebingungan yang kita dapat.

Tetapi karena riset-riset yang mereka lakukan dibiayai oleh uang publik, maka mereka diharuskan turun dari menara gadingnya, menyapa publik dan memberitahukan sesungguhnya mereka sedang melakukan apa. Pada titik inilah penerbit buku populer masuk dan melihat, ini sebuah bisnis bernilai ratusan juta dolar.

Editor penerbitan menjadi jembatan penghubung antara publik dan pakar, dan memang harus begitu. Bagaimana menyampaikan sebuah riset genetik atau riset kosmologi ke dalam bahasa yang dapat dipahami publik? .... di sinilah peran penting dari editor. Tetapi selain itu, editor juga berpikir tentang oplah, jumlah eksemplar yang dapat dijual agar keuntungan dapat diraih. Tanpa keuntungan penerbit bakal bangkrut, editor bakal jadi pengangguran. Setiap persamaan matematis yang dituliskan di buku akan mengurangi 20% penjualan, menjadi adagium yang dipegang teguh semua editor. Maka, buku yang hendak diterbitkan mesti dapat menjual dirinya sendiri. Bagaimana caranya?.

Jutaan mahluk, detik ini, sedang meringis dan gemetar ketakutan dikejar pemangsa. Pada detik yang sama, jutaan pemangsa mengalami kelaparan yang parah karena sang mangsa mampu berlari secepat kilat menjauh dari terkaman. Untuk apa diciptakan seperti ini?, .. apakah peristiwa ini menjadi tontonan yang sangat menarik bagi sang pencipta?. Seperti itulah pertanyaan retoris di dalam buku River Out of Eden yang ditulis oleh Richard Dawkins. Tetapi percayalah, Dawkin tidak mengajukan pertanyaan seperti itu, itu hanya bahasa marketing dari editor untuk meningkatkan oplah. Memang di dalam buku The God Delusion Dawkins menuliskan, memang asal-usul kehidupan sulit diketahui, tetapi surga dan neraka juga sulit dipahami.

Dawkins sekedar menyampaikan bahwa gen-gen di dalam tubuh antelop mengembangkan tungkai belakang yang kokoh dan kuat supaya tubuh antelop dapat berlari kencang agar terhindar dari pemangsa, sedangkan gen-gen di dalam tubuh singa mengembangkan taring yang kuat dan tajam, cakar yang kuat dan tajam, agar dapat merobek-robek tubuh mangsa agar singa tidak mati kelaparan. Gen di dalam tubuh antelop dan gen di dalam tubuh singa memiliki tujuan yang sama, untuk menjadi leluhur. Antelop tidak akan menjadi leluhur jika berakhir di dalam perut pemangsa, dan singa tidak akan menjadi leluhur jika mati kelaparan.

Begitu juga, di dalam buku A Brief History of Time dan buku The Grand Design yang ditulis Steven Hawking, terdapat sebuah frase seperti ini:  tidak ada tempat untuk sang pencipta. Sebuah frase yang ditambahkan editor untuk keperluan meningkatkan oplah, sedangkan Steven Hawking sangat sadar bahwa pemikirannya masih sangat jauh dari menjawab asal-usul alam semesta. Pertanyaan apakah alam semesta terbatas atau tidak terbatas, itu saja belum terjawab, pikir Steven Hawking. Yang sudah diyakini dengan sangat pasti adalah kebodohan manusia tidak terbatas, itu kata Albert Einstein.

Alam semesta mengembang, kata Edwin Hubble di dalam buku Discoverer of Galaxies. Pergeseran merah (red-shift)gravitasi yang sudah berhasil diamati menjadi bukti sangat kuat. Jika saat ini kita mengamati pengembangan alam semesta, maka pada suatu saat di masa yang sangat lampu, alam semesta pasti terkompresi di sebuah titik. Titik tersebut, karena alasan yang belum diketahui, meledak, dan 13 miliar tahun kemudian kita mengamati bahwa alam semesta sedang mengembang.

Maka lahirlah teori asal-usul semesta, dentuman besar atau big-bang. Arno Penzias dan Robert Wilson secara tidak sengaja menemukan Cosmic Microwave Background (CMB) alam semesta yang diduga berasal dari dentuman besar (big bang).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun