Ada hal yang unik, eh lebih tepat dibilang aneh, di lapak KOMPASIANA. Begini, pada tanggal 22 Oktober 2020, saya memposting sebuah tulisan ke Kompasiana. Selang sepuluh menit setelah tayang, saya melihat statistik seperti ini:
dilihat (gambar mata): 0
like (gambar hati): 4
Lantas apa yang unik? ... yaa kok bisa tidak ada (0) yang melihat tetapi 4 orang nge-like, apakah itu bisa terjadi ya. Lantas saya cek beberapa tulisan terbaru (baru tayang), ternyata banyak juga yang seperti itu.
Maka pada malam 22 Oktober, saya merenung dikegelapan malam, mencoba memahami kenapa? dan kenapa? Rasio saya berkata, seharusnya dilihat dulu baru di-like. Tak bisa ketemu alasannya, itu sebabnya saya tulis di laman Kompasiana ini, semoga ada yang berkenan menjelaskan.
Sudah terlanjur basah, maka sekalian saja saya buka tulisan-tulisan saya sejak menjadi anggota Kompasiana pada Agustus 2010. Sekalian membangkitkan kenangan, sekaligus juga memeriksa seperti apa dan macam mana dahulu pada saat awal-awal menulis. Hahahaaa ... ketemu segala macam hal, mulai dari yang lucu, konyol, dungu, semena-mena, emosi, kelembutan, ... tetapi ternyata ada juga lho gagasan dan pemikiran yang bagus dan trengginas (sombongnya ...).
Terimakasih kepada Kompasiana, telah dengan tabah menerima, menampung, dan terutama menayangkan tulisan-tulisan yang ..... ah sudahlah.
Ada satu yang membuat saya heran. Hampir semua komentar pada tulisan yang tayang tahun 2010 sampai tahun (saya lupa) terhapus. Kenapa begitu ya?
Sekali lagi, terimakasih kepada Kompasiana, salam sehat dan ceria pada semua Kompasianer.
