Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Plastik dan Donasi

5 Maret 2020   16:42 Diperbarui: 5 Maret 2020   16:42 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pak, kami tidak menyediakan plastik kresek lagi. Kata kasir swalayan di Bekasi. Kenapa?, saya tanya. Untuk mengurangi sampah plastik Pak. Kalau begitu pakai kardus saja, kata saya. Kardus habis pak, kala bapak mau, kami menjual kantongan khusus belanja, harganya Sembilan ribu pak. Itu dolar apa rupiah? .... hahaaa... bapak ini, rupiah dong pak. Ok ... baiklah.

Pak, total belanjaan bapak sembilan puluh tujuh ribu tiga ratus duapuluh lima rupiah. Lantas saya berikan selembar uang seratus ribuan. Pak, yang seratus tujupuluh lima bisa didonasikan?. Tidak, kembalikan sesuai aturan, duaribu seratus tujupuluh lima.

Kasir menatap saya, mungkin berpikir saya pelit dan tidak rela menyumbang, lagi pula dia bingung mencari uang tujupuluh lima rupiah, sudah tidak ada bukan?. Lantas saya bilang, donasi seratus tujupuluh lima rupiah bisa buat beli apa?, kalian menjual permen sebiji aja limaratus rupiah. Tapi pak, kan kami kumpulkan dari banyak pelanggan kami. Ya, saya tau itu. Lalu nanti kalian serahkan donasi sambil berfoto-foto, menjadi iklan buat swalayanmu ini, bahwa kalian sangat peduli kemiskinan, padahal bukan duit kalian, ya kan?

Dua kejadian di waktu yang sama ini membuat kening saya berkerut. Betapa konsumen di negeri ini dibuat menjadi sapi perah ..... ingatkah kalian tentang uang kembalian bentuk permen?

Tidak menyediakan plastik kresek untuk mengurangi sampah plastik, dari mana logikanya itu?. Sebab semua yang saya beli kemasannya plastik. Garam dua bungkus plastik, mi instan 4 bungkus plastik, jeruk sekilo dalam plastik, minyak goreng dua bungkus plastik, deterjen sebungkus plastik, sampo satu dalam kemasan botol plastik, pisau cukur gilette dalam kemasan plastik, dan pempers dalam kemasan plastik, yang semuanya akan menjadi sampah plastik. 

Hanya dengan tidak menyediakan kantong kresek lantas kalian merasa sudah berusaha mengurangi sampah plastik? .... tidak kawan. Kalian sedang memaksa konsumen untuk membeli kantong belanja yang kalian jual.

Lihat seluruh barang yang kalian pajang, tunjukkan ke saya satu saja yang tidak mengandung unsur plastik, saya bayar dua kali lipat. Eh .... mereka berusaha, tapi tidak bisa. PROGRAM ASAL JADI, ASAL BEDA, ASAL ADA, ASAL-ASALAN.

Lantas, apakah kalian mengantongi izin untuk memungut sumbangan dari masyarakat?, pasti tidak, .....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun