Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangsa yang Berdoa

10 Juli 2018   12:38 Diperbarui: 10 Juli 2018   12:47 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika doa adalah serangkaian kalimat yang dipanjatkan menuju tempat yang Maha tinggi ke yang Maha spiritual, pengertian seperti berimplikasi lahirnya sejumlah tanya.

Pertanyaan pertama yang paling sulit adalah dapatkah rangkaian kalimat doa itu mempengaruhi Sang Maha spiritual saat mengambil keputusan?, atau mengubah keputusan yang sudah ditetapkanNya?

Sudah lama kita membagi bangsa-bangsa menjadi dua, yaitu bangsa atheis dan bangsa theis. Bahkan bangsa theis masih terbagi menjadi dua sub-bagian, kafir dan non kafir. Atheis dan kafir menjadi bangsa-bangsa yang berjalan di jalan teramat sesat.

Jika doa adalah rangkaian kalimat yang dihaturkan, maka betul bahwa bangsa atheis adalah bangsa yang tidak berdoa, dan doanya bangsa kafir selalu terpantul kembali ke bumi tidak pernah mencapai tempat yang Maha tinggi dan oleh karena itu tidak pernah didengarkan olehNya.

Betulkah begitu?. Realitas memperlihatkan yang lain, bahkan berkebalikan. Bangsa atheis yang tidak berdoa itu, dan bangsa kafir yang doanya selalu terpantul balik, hidup lebih sejahtera, lebih aman, lebih sentosa, dan terutama memiliki kehidupan sosial yang lebih jujur. Andaikan dengan hati yang jujur melihat ulang ke belakang, tampaknya tanpa kehadiran bangsa atheis dan yang kafir itu, dunia tidak bisa berkembang seperti sekarang ini. 

Hampir semua teknologi yang membuat hidup lebih mudah dan lebih beradab, entah karena apa, lahir dari tangan mereka, bangsa atheis dan yang kafir itu. Bahkan nilai-nilai sosial kehidupan juga banyak yang lahir dari benak dan hati mereka. Bangsa yang tidak berdoa dan yang kafir itu, mengherankan sekali, tampaknya diberikan olehNya berkat yang lebih banyak.

Karena tidak mungkin meragukan ke-MahaadilanNya, maka jalan terbaik yang bisa saya ambil adalah me-review pemahaman tentang makna dari doa. Pertama, sejumlah kalimat indah yang dirangkai menjadi doa (doa kalimat) dan dipanjatkan ke tempat yang Maha tinggi adalah hanya separoh dari sebuah doa yang utuh, separoh lagi adalah rangkaian tindakan, saya juluki dengan doa tindakan. Belum bisa diputuskan yang mana lebih penting dan yang menih lebih dahulu.

Ketika engkau belajar keras secara konsisten dan simultan, itu adalah doa tindakan yang membuat engkau layak menghaturkan doa kalimat permohonan agar prestasi akademismu tinggi. Ketika engkau bekerja keras tak kenal lelah, itu adalah doa tindakan yang membuat kau layak menghaturkan doa kalimat agar hidupmu sejahtera dan bahagia.

Ketika engkau berusaha mencintai semua manusia, itu adalah doa tindakan yang membuat engkau layak menghaturkan doa kalimat agar engkau dicintai olehNya. Jika engkau bergiat memuliakan semua manusia, itu adalah doa tindakan yang membuat kau layak menghaturkan doa kalimat agar kau dimuliakan olehNya. Jika engkau bergiat menghormati semua manusia, itu doa tindakan yang melayakkan engkau menghaturkan doa kalimat agar engkau dijadikan manusia terhormat.

Doa yang utuh dan paling berguna itu adalah jika doa tindakan-mu selaras dengan doa kalimat-mu, atau doa kalimat-mu selaras dengan doa tindakan-mu. Dan jika, andaikan harus memilih salah satu, tampaknya doa tindakan lebih bergaung mencapai tempat yang Maha tinggi dibanding doa kalimat.

Itulah yang mungkin dipilih bangsa atheis dan yang kafir itu, doa tindakan yang lebih bergaung, dan karena itu mendapat berkat yang lebih banyak.

Tetapi ngomong-ngomong, apakah kita bangsa yang berdoa dan doa yang mana?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun