Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fatamorgana Pendidikan

26 Maret 2018   15:04 Diperbarui: 26 Maret 2018   15:13 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cobalah kau tengok nilai rapor siswa  pada semua bidang studi, sangat tinggi sekali. Jika nilai rata-rata saat lulus SMP "hanya" Sembilan dari skala sepuluh, pasti kau tidak akan diterima di beberapa SMA yang favorit dan unggulan. Kalau nilai rata-rata di bawah delapan, nasib yang akan menimpamu adalah melanjutkan sekolah ke SMA, swasta dan pinggiran, mungkin kening kebanyakan orang berkerut mendengar nama sekolahmu itu, apa itu dan di mana? Pak Menteri Pendidikan pernah mengatakan sekolah seperti itu sebagai "kasta sudra", bapak Menteri kita itu, seperti kata iklan extra joss, ruar biasa. Besar kemungkinan, nilai rapor siswa kita adalah nilai tertinggi di dunia, atau di alam semesta.

Besok, pada 27 Maret 2018, siswa menengah se-Indonesia menyelesaikan USBN, Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Sesuatu yang unik, USBN di Jakarta dilaksanakan berbasis komputer. Jika berbasis komputer, semestinya paling lama satu jam setelah ujian selesai siswa sudah tahu berapa nilai yang diperoleh. Pada ujian berbasis komputer yang pernah saya ikuti, begitu di "enter" pertanda ujian berakhir, skor saya langsung tertayang di monitor, benar sekian, salah sekian, kosong sekian, skor total sekian. Tetapi USBN yang berbasis komputer tidak seperti itu, perlu beberapa minggu hampir sebulan. Adakah yang bisa menjelaskan mengapa begitu?......

Tidak jauh berbeda dengan puluhan tahun ke belakang, nilai rata-rata nasional USBN dan UN (Ujian Nasional)tahun 2018 ini pasti sangat tinggi, di atas delapan. Setiap tahun selalu begitu, dan selalu diumumkan begitu, lalu kita rayakan, horeeee....pendidikan kita suksessss. Siswa senang, orangtua senang, guru dan sekolah lebih senang, pemerintah senang, di sini senang, di sana senang, di mana-mana senang. Kita semua keseluruhan, sangat senang dan begitu menyukai fantasi pendidikan seperti itu, We really love Fatamorgana.

Lantas, kenapa pada setiap survey internasional terhadap kemampuan remaja dalam calistung (membaca, menulis, dan berhitung), selalu menempatkan kita di nomor buncit, pencorot. Tampak tidak satu pihakpun yang mau atau yang berani mempertanyakan ironi atau kontradiksi antara tingginya nilai rapor terhadap hasil-hasil survey calistung yang selalu melorot itu. Yang paling seru, hasil survey terhadap kemampuan calistung orang dewasa juga tepat sama, pencorot. Sampai-sampai sorang guru besar di Unsyah, Syamsu Rizal, mengeluhkan kemampuan calistung mahasiswa baru jurusan teknik. Mayoritas tidak mampu menyelesaikan hitungan sangat sederhana yang semestinya anak SD sudah mampu menyelesaikannya, seperti 1/2 + 2/7 + 3/5 = ..?

Seekor kerbau terlihat sangat bahagia sekali ketika sudah kenyang merumput lalu berkubang di lumpur, auuuoooo mmbbeeeeh. Kebahagiaan yang sama ketika kita lebih memilih berkubang di fatamorgana nilai rapor, berkubang di lumpur pekat fantasi pendidikan.

Kalau ditanya, berapa meterkah satu centimeter, berapa jamkah satu detik, berapa kilogramkah satu gram, kita semua bingung.

Siswa saya menjawab, satu gram itu adalah seribu kilogram. Jadi nak, kalau kau membeli satu gram emas di toko emas di Pasar Sunan Giri, kau harus menyewa mobil pick-up untuk membawa emas itu, kau peroleh seribu kilogram emas, betul kan?. Dia bingung, tapi tersenyum juga.

Ayo terus bermimipi, selagi mimpi tidak dilarang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun