Mohon tunggu...
Jonny Hutahaean
Jonny Hutahaean Mohon Tunggu... Wiraswasta - tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Sarjana Strata 1, hobby membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kreasionis vs Reduksionis

19 November 2017   14:23 Diperbarui: 19 November 2017   14:33 855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kaum kreasionis mempercayai adanya rancangan agung penciptaan kehidupan, kaum reduksionis berniat menyingkirkan kaum kreasionis dari perlindungan terakhir mereka itu. Senjata utama dan andalan tentu saja adalah pedang ilmu pengetahuan, terutama cabang biologi evolusioner, cabang ilmu fisika partikel, dan cabang ilmu kosmologi.

Saya ingin mengerti, dan yang saya maksud dengan mengerti adalah sesuai metode ilmiah ilmu pengetahuan. Rancangan agung penciptaan seperti yang diyakini kaum kreasionis tak lebih dari mitologi, yang disebarluaskan di bawah panji ancaman dan janji, stick and carrot. Begitu pandangan reduksionis tentang keyakinan kreasionis itu.

Charles Darwin menjadi nabi, dan karya magnum-opusnya The Origin of Spesies menjadi kitab suci kaum reduksionis biologi evolusioner. Fred Hoyle dan Hubble adalah dua nabi lain, teori big-bang menjadi firman suci kaum reduksionis kosmologi.

Tetapi, apa perbedaan mitologi dengan metode ilmiah?, karena terutama akhir-akhir ini kosmologi, fisika partikel, dan biologi evolusioner semakin sulit dibedakan dari mitologi, semakin tidak ilmiah.

'1. Mitologi Biologi

Tahun 1953, Stanley Miller melakukan percobaan yang terkenal itu dan dipelajari semua siswa IPA sejak SMP. Hanya karena campuran metana dan air di dalam tabung tertutup yang diperciki kilatan listrik pengganti petir, ternyata dapat menghasilkan asam amino sederhana, dan asam amino adalah molekul dasar pembentuk protein, dan protein adalah bahan pembuat enzim, dan enzim menjadi katalisator hampir semua reaksi kimia di dalam tubuh mahluk hidup, Stanley Miller dengan berani menyimpulkan bahwa asal-usul kehidupan adalah tepat seperti percobaan yang dilakukannya itu. Jika itu disebut metode ilmiah, maka aku simpulkan bahwa metode ilmiah tidak lebih baik dari mitologi. Sebab hingga kini, belum ada kehidupan yang tercipta di laboratorium.

Sel tunggal yang terfertilisasi dapat melakukan pembelahan diri terencana dan terperinci, sehingga dapat tumbuh menjadi bakteri, kadal, ular, ilmuwan, makelar saham, menjadi penipu atau pendakwah, semua berkat informasi yang terkandung di dalam gen. Sel telur (ovum) yang dibuahi sel sperma tumbuh menjadi jabang bayi yang dirindukan itu, menjadi contoh terbaik yang dapat ditunjukkan kaum reduksionis untuk menopang teori dan keyakinan mereka.

Tetapi dari mana gen memdapat informasi bahwa dia harus membelah diri dan menjadi kadal?, di bagian yang mana gen menyimpan informasi itu?, bagaimana sekeping kecil gen dapat menyimpan informasi triliunan jenis reaksi kimia yang diperlukan agar sel tunggal membel;ah diri menjadi ular tetatoi tidak menjadi buaya, dan dengan cara bagaimana kepingan gen itu dapat mengendalikan triliunan jenis reaksi kimia  dengan kesempurnaan yang tidak masuk akal, agar sel tunggal dapat membelah diri dan menjadi pendakwah?

Memang sulit menjelaskan asal-usul kehidupan, sama sulitnya untuk menjelaskan neraka, alasan favorit kaum reduksionis sejati seperti itu. Itu sebabnya, jika neraka adalah mitologi, biologi evolusioner juga tidak jauh berbeda. Setuju?

'2. Mitologi Kosmologi

Alam semesta bermula dari big-bang, suatu ledakan maha raksasa. Pergeseran spektrum radiasi galaksi ke arah merah, ditemukannya radiasi latar 3k, dan kelimpahan unsur semesta, tiga data suci bagi kaum kosmolog yang memicu keberanian untuk menarik kesimpulan bahwa alam semesta mesti berawal dari big-bang di masa yang sangat lampau. Inikah hasil dari metode ilmiah yang diagungkan itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun