Mohon tunggu...
Jon Marhen
Jon Marhen Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies Si Pemanis: Pantaskah Anies Baswedan Jadi Gubernur Jakarta?

25 September 2016   12:32 Diperbarui: 25 September 2016   18:02 2477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terlepas dari ini semua, yang jadi intinya adalah, seorang Michael Jordan sang dewa basket, tentunya dengan kemampuan motorik yang luar biasa sebagai seorang olahragawan, tidak pernah berhasil mencapai kemampuan pemain baseball level profesional. Basket dan Baseball sama-sama olahraga tapi dua hal yang berbeda. Hal yang sama juga bisa dikemukakan tentang Anies Baswedan. Ia mungkin adalah seorang yang baik yang punya rekam jejak baik, ia mungkin adalah seorang ahli pendidikan, tapi bukan berarti ia pasti adalah seorang birokrat yang handal.

Anies Baswedan: Cagub karbitan?

Ketika ditanya oleh media pada tanggal 21 Septermber 2016, Anis Baswedan menjawab, “Ya, banyak yang tanya soal itu. Tolong disampaikan bahwa informasi tentang saya akan melakukan deklarasi pencalonan DKI-1 siang ini tidak benar.” Selanjutnya, pada tanggal 23 September 2016 Gerindra dan PKS sama-sama resmi mengusung Anies Baswedan-Sandiaga Uno menjadi Cagub-Cawagub Jakarta. Kalimat Anies di 21 September ini memang bersayap. Kita bisa menafsirkan ada dua kemungkinan yang terjadi di sini:

*Kemungkinan pertama adalah Anies TAHU ia akan menjadi Cagub, tapi ia tidak akan mendeklarasikannya pada hari itu (21 September). Anies sebenarnya sudah melakukan deal dengan partai politik tapi memilih diam dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Ia sengaja menyembunyikannya dan serta merta membuat media dan publik tidak pay attention, seolah bertujuan untuk memberikan efek surprise, atau ada tujuan-tujuan lainnya.

*Kemungkinan kedua adalah Anies Baswedan pada tanggal 21 September memang belum dicalonkan menjadi Cagub. Ia sendiri mengakui sehari sebelumnya tanggal 20 September “beberapa orang ingin bertemu membicarakan soal situasi politik di Jakarta”. Dalam kemungkinan kedua ini proses Anies dari penjajakan oleh partai politik, menimbang-nimbang, memutuskan, hingga deklarasi oleh partai politik, semua itu terjadi dalam kurun waktu hanya 3 hari. Begitu banyak tahap yang harus dilalui dan begitu singkat waktu yang dihabiskan.

Jika kemungkinan pertama yang terjadi, sangat disayangkan kenapa Anies baru muncul belakangan, apalagi Sandiaga Uno yang sudah susah payah membangun image ke sana sini, blusukan ke kampung-kampung hingga terkena black campaign ini itu, malah “hanya” menjadi Cawagub. Sedangkan Anies yang datang belakangan malah menjadi Cagub. Saya yakin, dalam hitung-hitungan Sandiaga Uno sebagai seorang businessman, ia sudah “rugi bandar”. Begitu banyak effort yang ia keluarkan dari uang, tenaga, dan juga mental—Sandiaga mengakui berat badannya sampai turun banyak sejak proses pencalonan ini dimulai—malah ujung-ujungnya hanya jadi pemeran pembantu. Kalau memang ini yang terjadi, tega sekali Anies membiarkan Sandiaga Uno berjuang sendirian menerima segala resiko yang ada sedangkan dirinya hanya berdiam diri menunggu di balik layar.

Jika kemungkinan kedua yang terjadi, berarti Anies Baswedan adalah Calon Gubernur karbitan. Menjadi Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta bukanlah suatu pekerjaan mudah. Butuh kemampuan, kemauan, dan ketabahan yang super kuat. Jika kemungkinan kedua ini yang terjadi, sangat dipertanyakan apakah Anies sendiri sebenarnya punya kemauan menjadi Gubernur Jakarta? Banyak tokoh-tokoh lain seperti Ahmad Dhani, Yusril Ihza Mahendra, Rizal Ramli, Hasnaeni Moein sang wanita emas, dan lain lain sudah sejak jauh hari mengutarakan keinginannya menjadi Gubernur Jakarta. Terlepas dari kapabilitas mereka, tentu orang yang sudah punya kemauan punya visi misi yang lebih jelas ketimbang orang yang “dijorokin untuk nyemplung” ke dalam suatu keadaan. 

Apa yang ada di benak Anies ketika ia mau menerima untuk dicalonkan menjadi Cagub Jakarta? Melihat kesempatan ini sebagai “aji mumpung”? Melihat kesempatan ini sebagai suatu keadaan nothing to lose? kalau menang ya syukur alhamdulillah, kalau kalah ya tidak apa-apa tidak ada ruginya. Saya sendiri tidak percaya orang secerdas Anies Baswedan dengan pengalaman yang begitu banyaknya mau diatur oleh pihak-pihak tertentu, karena toh Anies bukan kader partai politik dan ia tidak perlu tunduk dan harus manut kepada Ketua Umum partai politik manapun. Itu sepenuhnya adalah pilihannya dan ia harus bertanggungjawab penuh atas pilihannya itu.

Anies Baswedan: Seorang pemenang atau seorang pemanis?

Jadi, apakah Anies mempunyai jiwa seorang pemenang? Seperti yang telah saya tuliskan di atas, dalam konteks kemauan alias keseriusan Anies Baswedan untuk menjadi Gubernur Jakarta berani saya katakan kalah dari Sandiaga Uno. Sandiaga sudah dari jauh-jauh hari mendeklarasikan diri menjadi penantang Ahok, bahkan spesifik menyebut bahwa ia percaya diri mempunyai kemampuan yang lebih hebat dari Ahok dalam hal menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga Jakarta serta menjaga kestabilan harga bahan pokok yang menjadi kebutuhan primer warga Jakarta. Sampai sekarang Anies belum membeberkan apa kehebatannya yang melebihi Ahok. Perlu diingat sekali lagi menjadi Gubernur bukan hanya membenahi bidang pendidikan, itu hanya sebagian kecil dari permasalahan yang menggerogoti Jakarta. Sampai sekarang saya belum melihat kualitas-kualitas selling point sebagai Gubernur dari seorang Anies Baswedan yang sangat kuat. 

Sandiaga Uno pun ketika ditanya apa yang menjadi kekuatan Anies Baswedan, ia menjawab, “piawai membangun kecerdasan bangsa, membangun harapan, kebahagiaan, dan festival gagasan”. Tidak perlu menjadi seorang jenius untuk mengetahui bahwa ini adalah jawaban lip-service. Membangun harapan? Festival gagasan? Sangat aneh bagi seorang Sandiaga Uno sebagai Cawagub yang mampu dan bangga ketika memberikan apa kelebihan-kelebihannya dibanding Ahok dengan sangat praktis dan realistis, tapi justru untuk Cagubnya Sandiaga hanya mampu memberikan sesuatu yang sangat abstrak. Apakah ini sebenarnya berarti juga ia tidak benar-benar mengerti?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun