Mohon tunggu...
Jon Marhen
Jon Marhen Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anti Combat-Kit Koalisi A.B.A. (Asal Bukan Ahok)

21 September 2016   13:48 Diperbarui: 21 September 2016   14:04 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jawab: Partai Politik dan kader itu hubungannya setara, bukan tuan dan budak. Kalau tuan memerintahkan sesuatu yang melanggar hati nurani, budak harus ikut tanpa protes. Di negara demokratis tidak begitu. Gerindra yang berganti halauan ketika mendukung RUU Pemilihan Kepala Daerah secara tidak langsung. Itu tidak sesuai dengan prinsip dan hati nurani Ahok, makanya ia keluar. Jadi siapa yang berkhianat duluan?

3. Ahok pembohong dan tidak konsisten, bilangnya mau independen akhirnya ikut partai politik

Jawab: Ketika Ahok keluar dari Gerindra, tiap hari Ahok dimusuhi oleh para partai politik hingga DPRD ramai-ramai tanda tangan Hak Angket menentang Ahok. Nasdem yang pertama kali mendukung Ahok juga sempat anggota DPRDnya ikut tanda tangan sebelum di-veto oleh Surya Paloh. Jadi wajar saja Ahok ketika itu sadar tidak akan ada partai politik yang akan mengusungnya jadi Cagub 2017. Teman Ahok inisiatif mengumpulkan 1 juta KTP untuk Ahok. Nah di sini lucunya, ketika kelihatan begitu banyak KTP terkumpul mendukung Ahok, para partai politik ramai-ramai melihat Ahok sebagai barang seksi untuk memenangkan Pilgub 2017. Sampai titik ini Ahok masih fix independen.

Titik baliknya adalah Revisi UU Pilkada yang absurd, syarat calon independen jadi super sulit, yaitu verifikasi faktual hasil KTP. Kalau tidak ada di rumah langsung dicoret. Tidak peduli lagi kerja, sekolah, lagi dirawat di rumah sakit, di luar kota/negeri, lagi beli pulsa, langsung coret. Kesempatan terakhir adalah datang langsung ke PPS dalam kurun waktu singkat. Apa semua orang bisa begitu? Karena sadar  akan syarat super berat ini akhirnya Ahok + Teman Ahok ikhlas untuk realistis ikut partai politik. Jadi yang tidak konsisten adalah yang merevisi UU Pilkada untuk independen itu.

4. Ahok tidak santun, marah-marah terus tidak seperti pejabat lainnya

Jawab: Apa iya? Berapa kali di TV kita bisa melihat Bu Risma (Walikota Surabaya) marah luar biasa melihat kinerja anak buahnya yang tidak becus. Kata “jancuk” pun sudah tak terhitung berapa banyak yang keluar dari mulutnya. Ali Sadikin yang dipandang sebagai Gubernur Jakarta Super dari masa lalu dan sering didewakan Rizal Ramli dan tokoh lainnya juga tidak kalah kontroversial, bahkan jauh di atas Ahok. Ali Sadikin melegalisasi Judi dan Prostitusi, dan malah menyuruh ulama dan kiai yang menentangnya naik helikopter saja karena jalanan Jakarta dibangun dari duit haram itu. Ali Sadikin juga pernah menampar anak buahnya yang tidak becus kerja bahkan direktur perusahaan kontraktor yang wanprestasi.

Intinya adalah siapapun yang melihat suatu yang tidak benar dan marah itu wajar-wajar saja. Indonesia sudah jenuh dengan orang-orang yang manis di luar tapi busuk di dalam.

5. Ahok beraninya gusur rakyat kecil, sama orang kaya gak berani

Jawab: Ahok memang banyak sekali menggusur bangunan liar yang ada di jalur hijau dan sepanjang inspeksi sungai untuk normalisasi kali. Warga yang tinggal di bangunan liar dan tanah liar ini hidup dengan tidak sehat dan kumuh. Ahok merelokasinya ke Rumah Susun yang jauh lebih manusiawi. Banyak yang protes karena harus bayar 300 ribu untuk service charge. Padahal kalau dipikir, Anda ngekos di Jakarta 300 ribu seperti apa tempat yang Anda dapatkan? Berapa meter persegi luasnya? Ada kamar mandi dalam? Ada lift-nya? Ada pemandangan dari lantai 10? Ada saluran gas dan air? Ada tamannya?

Ahok juga menindak tegas pengusaha, segelintir di antaranya:

* Diskotik stadium ditutup karena kasus narkoba, padahal pemiliknya notabene masih tetangga Ahok;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun