Mohon tunggu...
Jon Kadis
Jon Kadis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hobby baca, tulis opini hukum dan politik, sosial budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembaca kritis tidak asal 'makan' kesan berita

26 Mei 2022   22:47 Diperbarui: 26 Mei 2022   23:25 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini terinspirasi dari kasus viral seorang petani yang berpakaian lusuh baru datang dari kebun, ia sekeluarga masuk ke salah satu restoran bergengsi, ke ruang VIP ber-AC, di kota super premium Labuan Bajo. Pelayan persilahkan dia. Pelayan menyodorkan daftar menu, dan merekapun pesan. Tunggu makanan, duduk.

Ada konflik. Apa itu? Tamu petani dari kebun tadi disuruh ke meja lain lagi oleh Pelayan dengan alasan bahwa meja itu sudah dipesan via telpon oleh Tamu lain. Si Tamu tidak terima. Dan terjadilah konflik.

Salah satu media berita memberitakan bahwa si Tamu memukul Pelayan bertubi-tubi. 

Pertanyaannya: Apa kesan yang "dimakan" secara instan oleh Pembaca? Santapan instannya adalah 'si Tamu Petani bercover lusuh tadi melakukan perbuatan main hakim sendiri terhadap Pelayan, bukan'?

Kemudian ada press release dari Tamu petani berbaju lusuh itu. Intinya, ia tidak memukul bertubi-tubi terhadap pelayan seperti yang diberitakan oleh media itu.

Selaku Pembaca, kita seharusnya memiliki pengetahuan ini, "Berita yang benar adalah tentang fakta. Balance. Dua arah. Cover both side".
 
Tentang kesan apa yang mau "dijual" ke pembaca, itu tergantung bagaimana narasi bahasa berita oleh reporter atau medianya. Biasanya kalau ada unsur politis, maka kesan itu amat terasa. Keberpihakan.

Contoh tamu petani yang covernya lusuh baru datang dari kebun tadi, ia tidak diservice baik oleh pelayan resto, disuruh pindah, tapi tamu petani protes. Itu faktanya. Fakta kasus.

Lalu wartawan menulis berita tentang itu.

Sekarang si reporter mau memberi kesan apa kepada pembaca atau reporter mau "jual" apa?  Apakah ia menginfokan fakta yang balance, dua arah, cover both side, atau tidak? "Tidaknya" itu semisal memojokkan tamu dan membela pelayan, atau memojokkan pelayan dan membela tamu.

Jika ada muatan politis tadi, maka akan terlihat si wartawan atau media itu berada di pihak mana dan berseberangan dengan pihak mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun