Mohon tunggu...
Jon Kadis
Jon Kadis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Hobby baca, tulis opini hukum dan politik, sosial budaya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Salam dari kampung Rangat & Lamung bersama Bupati Edi

24 Januari 2022   15:35 Diperbarui: 25 Januari 2022   02:08 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini pada Sabtu tanggal 22 Januari 2022. Bupati Edi, Wabup Yulianus beserta Ketua DPRD Marten Mitar berada di kampung ini. Lengkap dengan Ibu-Ibu PKK-nya yang adalah istri dari para pejabat ini. Kedua kampung ini asalmuasal nenek moyang saya. Jadi ini kampung saya dan saya include warga kampung. Sebagai warga kampung tentu roh saya stay di dini. Siapapun yang datang, kami ada di sini. 

Tulisan ini semacam 'salam dari kebersamaan kami dengan mereka' kepada anda, khususnya publik pembaca di Kab.Manggarai Barat dan para sahabat. Sebelum lanjut, saya ngomong dulu dengan yang berikut ini.

Nilai-nilai kebersamaan

Bila hidup dalam kebersamaan dengan menjunjung nilai-nilai kebersamaan, dan nilai-nilai itu merupakan hukum, maka dari dasar junjungan itulah kita bisa berpikir positif dan obyektif. Menjunjung dalam hal ini sama dengan berpijak. Disebut 'fondasi' dilihat dari satu sisi pijakan, dan disebut 'junjungan' dari sisi diatas manusia . Tepat sekali peribahasa ini  "dimana kaki berpijak maka di situ langit dijunjung". Sekali lagi, itu peribahasa. Tanah dan langit adalah bahasa kiasan dari nilai-nilai kehidupan.

Pertanyaan lebih menukik atau sedikit berfilsafat : Darimana asal dari nilai-nilai tersebut? Jawabannya adalah : Muncul dari manusia sebagai homines sunt socialis creaturae atau disingkat homo ens sociale (bahasa Latin, "manusia mahluk sosial"). Ini kelebihan manusia sebagai ciptaan Tuhan itu, ia memiliki pikiran dan hati, supaya hidup dalam kebersamaan damai dan bahagia di bumi. Maka adalah sebuah keharusan untuk berpijak serta menjunjung nilai-nilai kebaikan kehidupan itu.

Untuk bisa masuk dalam hidup yang memiliki nilai-nilai itu, salah satunya dengan berpikir obyektif dan positif. Itu tidak mudah, tapi bisa, dengan perlu metanoia menghilangkan ego diri agar bisa mengalami kehadiran sesama sebagai insan yang sama-sama berpikir positif dan obyektif. No man is an island, peribahasa dari United Kingdom, tak ada seorang manusia hidup sendiri seperti sebuah pulau. Ia harus hidup dengan sesama. Dengan bahasa lain seperti diatas tadi, homo ens sociale. Itu diwujudkan dalam perkataan dan perbuatan.

Ada tertulis dalam buku yang telah dikukuhkan pada tahun 300an Masehi, yang selalu aktual untuk dibaca hingga hari ini, sebagai berikut:
Sabda kebaikan dari Sang Pencipta itu adalah Roh dan Kehidupan yang dirincikan lagi dengan:
1. Sabda kebaikan itu sempurna, menyegarkan jiwa, peraturanNya teguh dan obyektif, memberikan hikmat kepada orang bersahaja atau orang yang punya hati.
2. Sabda kebaikan itu tepat, menyukakan hati, hukumnya murni, membuat mata ceria.
3. Takut akan kehilangan kebaikan itu suci, kebaikannya itu berkelanjutan untuk selama-lamanya, hukum-hukum itu benar, adil selalu.
4. Ucapan-ucapan itu adalah ibadah, ya Sang Pencipta, sudi mendengarkan ucapan-ucapan ini, dan berkenan padaMu.

Berpikir positif untuk kemajuan bersama

Dalam buku-buku tentang kekuatan kehidupan memuat bahwa barangsiapa yang berpikir positif dan obyektif, maka ia akan berteman dengan sesama yang berpikir sama. Demikian pula yang berpikir negatif dan subyektif, mereka akan berteman. Istilah populernya adalah "hukum tarik menarik" (Law of attraction dalam buku The Secret tulisan Rynda Byrne). Dan, kedahsyatan cinta Tuhan hadir dalam orang yang berpikir positif dan obyektif. Ada damai dalam kebersamaan. Berkelanjutan. Dan sebaliknya, dahsyatnya kekuatan Setan yang menghancurkan berada pada orang yang berpikir negatif dan subyektif. Ada kekacauan di situ. By the way,  hidup adalah pilihan ( life if a choice), manusia memlilik hak bebas untuk memilih salah satu dari keduanya.

img-20220122-wa0040-61ee5e6306310e631e30ba42.jpg
img-20220122-wa0040-61ee5e6306310e631e30ba42.jpg
Dalam kehidupan berbangsa & bernegara, para the founding fathers (pembentuk negara) berpikir obyektif dan positif. Hukum berdasarkan hal tersebut. Ada hatinurani pada fondasi dasarnya. Pancasila falsafah Negara kita memuat butir-butir hatinurani itu. Hukum yang berdasarkan falsafah ini akan tegak berdiri sampai kapanpun. Manakala ada penyimpangan, maka pelakunya dibina atau dihukum. Makanya ada para penegak hukum itu supaya kehidupan berbangsa berlangsung terus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun