Mohon tunggu...
Joni Thunder
Joni Thunder Mohon Tunggu... Gamers/Live Streaming -

Mobile Legends, PUBG, ROS, DotA2, etc.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arcane

11 Oktober 2018   09:28 Diperbarui: 11 Oktober 2018   14:24 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hippychick.com

Aku adalah seorang pemuda yang sangat mencintai apa saja yang ada di sekitarku.

Desa arcane adalah tempat tinggalku dan aku akan terus melindungi desa ini dari apapun terutama dari kaum bansee.

Bansee sering menyerang desa kami bahkan mencuri anak-anak untuk dijadikan makanan mereka.

Kepala desa sangat membenci kaum mereka yang sangat kejam dan menjijikkan itu.

Dahulu kala sekitar 70 tahun yang lalu kaum bansee menyerang desa kami sampai hancur lebur.

Dan akhirnya di usir oleh kepala desa yang dulunya masih muda dan kuat.

Kepala desa juga membunuh pemimpin dari kaum bansee tersebut.

Namun suatu saat mereka pasti kembali untuk menyerang desa kami.

Aku teringat pesan dari kepala desa.

"Kita pernah mengusir mereka dan aku telah membunuh pemimpinnya. Tapi satu hal yang harus kau ingat anak muda! Mereka akan kembali lagi dengan rasa kebencian yang ada di dalam hati mereka. Kebencian yang kuat sehingga menimbulkan rasa kecemasan kepada siapapun yang melawannya." Ucap kepala desa.

Aku harus siap untuk melawan mereka kapan pun itu.

Keesokan paginya, hari masih cerah.

Embun masih betah dan setia. Aku berdiri di atas rumput yang hijau.

Bebek-bebek yang lucu masih tetap dalam susunan barisannya.

Kupu-kupu menari di atas bunga yang bermekaran.

Cahaya matahari datang memberi kehangatan dan semangat.

Tidak pernah terbayang jika seluruh keindahan ini hilang.

Baca juga : Titip (cerpen)

Toloonngggg... Suara teriakan meminta tolong terdengar dari arah timur.

Aku segera berlari kesana dan takut terjadi apa-apa dengan penduduk desa.

Ternyata seorang kaum bansee sudah membunuh seorang anak kecil dan memakannya tepat di hadapan kami.

Aku mengeluarkan pedangku dan dia berlari sampai keluar gerbang pertahanan desa kami. Aku mengejarnya sampai gerbang dan ternyata beribu kaum bansee sudah menunggu di luar gerbang kami. Mereka mengelilingi kami.

Tak ku sangka mereka mempunyai pasukan yang banyak bahkan jumlah pasukan kami setengah dari pasukan mereka.

Akankah kami menang? Rasa kecemasan mulai tumbuh di jiwaku.

Valir salah satu penyihir serta panglima perang di desa datang menemui ku di atas gerbang pertahanan.

"Kapten, pasukan kita kalah jumlah dengan mereka. Mereka sangat banyak."

"Jangan takut! Kita pasti menang!"

"Cahaya bersama kita! Pertahankan namamu! Pertahankan arcane!" ucap valir sembari memotivasi pasukan yang sedang bersiaga.

"Untuk cahaya! Demi arcane!" Serentak teriakan pasukan desa arcane.

Teriakan tersebut menaikkan semangatku.

Gerbang di buka dan perang pun di mulai.

Banyak darah yang tumpah. Satu persatu merelakan nyawa untuk membela arcane.

Aku segera mengasingkan anak, istriku dan kepala desa serta petinggi desa yang lainnya.

Aku menyuruh mereka pergi sejauh mungkin ke arah selatan.

Dan aku tetap disini berperang melindungi desa ini sampai darah penghabisan.

-Bersambung-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun