Mohon tunggu...
Joni MN
Joni MN Mohon Tunggu... Penulis - Akademisi

Pengkaji dan Peneliti

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pintarmu Bukan Kebodohanku

2 Juni 2020   21:45 Diperbarui: 2 Juni 2020   21:40 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merasa pinter saat ini merupakan dasar dari merasa pinter sebelumnya. Kepinteran kita saat ini bukanlah suatu kebodohan kita dahulu, tetapi kepinteran saat ini juga bersumber dari kepinteran kita dahulu. Pada saat dulu sebelum diri meresa hebat seperti sekarang. 

Sering kita mengagumi atau simpatik kepada seseorang, berkemungkinan saat itu pemikirannya sangat member semangat kepada diri kita pribadi dan buah pikirannya sangat memberi satu kemenarikan pada diri kita. 

Kasus semacam ini, tidak jarang terjadi kepada para orang-orang yang berpendidikan. Sering merasa malu jika mereka melihat karyanya dahulu, mereka menyatakan kepada teman-temannya karyanya tersebut jelek dan malu jika dilihat oleh orang lain, malah ada seorang Profesor dulu ketika saya masih studi di UNS Solo, beliau pernah mengatakan, katanya "tidak usah dirujuk Tesis (S2) saya" ini kata beliau.

Hal semacam ini beliau katakana, karena beliau merasa setelah saat ini beliau sudah Profesor di dalam dan karya Ilmiahnya yang dahulu (Tesis S2-nya) itu beliau anggap masih banyak terdapat kesalahan, namun ketika beliau masih di level S2 tersebut, pasti beliau merasakan bahwa karya ilmiahnya tersebut adalah sudah baik dan sudah sangat benar. 

Berkaitan dengan hal ini, ada nasihat dari salah seorang Profesor juga tentang hal ini, yakni jangan pernah kita merasa lebih hebat dan menyalahkan pengalaman kita dahulu dan orang-orang yang pernah mengajari kita dahulu, walaupun kita sudah merasa hebat saat ini, sesungguhnya jika terjadi hal ini, maka dia-lah orang yang sangat bodoh itu.

Demikian juga kepada orang yang dahulu, yakni sewaktu kita masih membutuhkan orang tersebut dan ketika kita masih berada di jenjang tertentu dahulu, dalam konteks ini kita pernah mengagumi dan simpatik pada seorang, karena pada saat itu ketika kita masih belum seperti sekarang, namun ketika saat ini kita sudah melewati level tersebut, kita sudah merasa lebih pinter dari dulu, karenanyalah malah kita terus menilai seseorang tersebut salah dan pikiran yang lebih hina lagi, yakni kita malah meremehkan orang tersebut dan menganggap pemikiran orang yang pernah kita kagumi tersebut sudah menyesatkan kita. Ini sungguh suatu pemahaman yang sudah terjajah oleh pemikiran komunis yang tidak bertuhan.

Kepinteran yang kita miliki saat ini janganlah pernah diukur dengan yang dianggap suatu kebodohan kita saat itu, padahal jauh lebih pinter dan pandai kita dahulu dibanding saat ini, jika masih sering berkecamuk dalam pemikiran kita untuk menyalahkan bahwa orang itu salah dan bodoh.

Selanjutnya, kebodohan itu adalah jika kita saat ini sudah merasa bahwa hanya kita saja yang pinter dan hebat. Sebenarnya, yang pinter dan hebat itu adalah diri kita dahulu, yang mana orang-orang pada saat itu banyak yang senang dengan pemikiran kita (kepinteran kita). 

Untuk hal ini jangan salah menilai diri dan orang lain, bukan diri sendiri yang menilai bahwa kita sendiri sudah pinter dan hebat, melainkan orang lainlah yang melihat hal tersebut adakah pada diri kita. 

Kemudian, jika ingin mengetahui apakah diri kita sudah dalam keadaan yang rapi dan apakah rambut kita sudah tersisir rapai atau belum, hal ini dapat kita lakukan didepan cermin, dengan kita bercermin, maka kita sudah dapat melihat bahwa diri kita sudah rapi dan kondisi rambut pun sudah dapat kita ketahui. 

Selanjutnya, barulah kita memiliki rasa percaya diri untuk keluar rumah dengan tenang dan nyaman. Dari konteks ini dapat  kita sadari  bahwa hal yang sepele saja kita membutuhkan media atau benda lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun