Mohon tunggu...
吳明源 (Jonathan Calvin)
吳明源 (Jonathan Calvin) Mohon Tunggu... Administrasi - Pencerita berdasar fakta

Cerita berdasar fakta dan fenomena yang masih hangat diperbincangkan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Demam Gawai buat Lupa Adab

15 September 2018   19:03 Diperbarui: 15 September 2018   19:10 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki zaman dimana Generasi Millenial (Generasi Y) dan Generasi Centennial (Generasi Z ) berada tentunya tidak dapat dilepaskan dari satu hal yang teramat vital bagi mereka, gawai. Gawai atau biasa disebut gadget telah menjadi kebutuhan primer kedua generasi tersebut dengan berbagai macam multifungsinya.

Bagaikan sebilah pedang, gawai pun juga memiliki 2 sisi yang saling melengkapi baik sisi positif dan negatif dimana dari sisi positif, gawai dapat menjadi sarana untuk mencari informasi lebih.

Namun, di sisi lain, gawai dapat mengalihkan fokus penggunanya. Dimana menurut buku Alone together: Why we expect more from technology and less from each other yang ditulis oleh Turkle dan dikutip oleh Tehseen Nazir dalam artikelnya berjudul Phubbing: A Technological Invasion Which Connected the World But Disconnected Humans, sisi negatif dari penggunaan gawai dipertegas dengan arus komunikasi di dunia nyata yang terganggu akibat arus notifikasi dari gawai.

Hal ini disebabkan rasa ketergantungan terhadap gawai yang dapat mendatangkan informasi secara keseluruhan sehingga, ketika orang tersebut mematikan gawainya, ada perasaan akan ketertinggalan informasi.

Di samping itu, sisi negatif lainnya adalah banyaknya informasi yang masuk baik itu informasi yang benar maupun hoax dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan kebingungan.

Dari seluruh sisi negatif gawai, sekarang ini banyak peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menjadi bukti fokus generasi Y dan Z mulai teralihkan dengan gawai, misalnya saat menghadiri pertemuan bersama, masing-masing individu terfokus dengan gawai masing-masing tanpa peduli lingkungan sekitar hingga meminimalkan diskusi diantara mereka.

Begitu pula interaksi antara orang tua dan anak-anak juga mulai terkikis melalui keberadaan gawai bahkan tak jarang himbauan serta nasihat orangtua diacuhkan demi keasyikkannya dengan gawai. 

Fenomena inilah yang membawa keprihatinan dan menjadi pembicaraan para orang tua saat ini. Keprihatinan terhadap fenomena ini juga ditambah melalui hasil survey yang dilakukan We Are Social (agensi global yang berbasis di Inggris) melalui laporannya yang berjudul 2018 Global Digital Report

Dalam hasil survey tersebut diungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 132 juta orang dengan proporsi 60% pengguna mengakses internet melalui smartphone.

Asal Mula Phubbing

Tidak hanya di Indonesia, jauh sebelumnya, fenomena tersebut telah meresahkan bahkan sangat mengganggu penduduk negara maju. Bahkan, fenomena tersebut telah memiliki julukan tersendiri yaitu "Phubbing" atau kepanjangan dari "Phone Snubbing" yang berarti penghinaan terhadap seseorang menggunakan gadget

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun