Mohon tunggu...
Jonathan Arie
Jonathan Arie Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Manchester is Red

Selanjutnya

Tutup

Seni

Frank Ocean dan Kontroversinya di Industri Musik

24 November 2024   15:53 Diperbarui: 24 November 2024   15:54 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sosok Frank Ocean dalam industri musik dapat dibilang misterius. Saya sendiri sebagai seorang penggemar, sangat mudah untuk menyukai karya-karyanya tetapi juga frustasi akibat perilakunya. Musik yang dibuat olehnya sangat bagus, emosional, dan unik. Album “Blonde” yang dirilis pada tahun 2016 dipandang sebagai proyek yang nyaris sempurna oleh banyak orang. Album dirilis sebelumnya, yaitu pada tahun 2012, “Channel Orange” juga sangat dicintai oleh komunitas penggemarnya. Hal ini membuatnya memiliki penggemar setia yang menunggu rilisan berikutnya setelah 8 tahun. Meskipun ia adalah seorang penyanyi yang berbakat, sedikitnya interaksi dengan para penggemar dan beberapa pilihan bisnisnya yang kontroversial menimbulkan pertanyaan tentang motifnya. 

Sifat Frank yang misteriu justru menguatkan ketertarikan para penggemar kepadanya. Tidak seperti artis lain yang sering berinteraksi dengan penggemar di media sosial, Frank lebih banyak diam. Pribadi yang misterius ini hanya memicu obsesi penggemar dan dapat dikatakan, jaraknya dengan pada penggemar meningkatkan hasrat dan menyebabkan frustasi di antara para penggemar yang merasa terputus darinya. Frank juga seakan tidak peduli dengan sering mengabaikan norma-norma industri dan ekspektasi atau keinginan para penggemar untuk memprioritaskan dirinya sendiri atau bahkan hanya untuk uang.

Salah satu contohnya adalah ketika Frank memperdaya Def Jam Recordings dan Apple Music dengan merilis sebuah album visual berjudul “Endless” untuk memenuhi kesepakatan kontraknya sebesar $20.000.000. Hal ini memungkinkannya untuk merilis album berikutnya, “Blonde”, secara mandiri melalui labelnya sendiri, Boys Don't Cry, hanya satu hari kemudian. Dengan demikian, ia mendapatkan kontrol penuh dan keuntungan finansial dari “Blonde,” termasuk pendapatan yang signifikan dari kesepakatan eksklusivitas dengan Apple Music.

Contoh lainnya dari perilakunya yang berbeda adalah saat salah satu momen penting dalam karir Frank, yaitu penampilannya yang gagal di Coachella. Dia adalah bintang tamu di Coachella, salah satu festival musik terbesar di Amerika Utara. Setelah sempat vakum beberapa lama, para penggemar menaruh harapan besar akan kembalinya dia. Sayangnya, penampilannya sangat mengecewakan, dan Frank akhirnya menarik diri dari festival tersebut. Frank Ocean terlambat satu jam, membuat banyak penggemar yang sudah menantikan penampilannya sedikit kecewa. Diperburuk lagi saat dia memainkan musik yang sudah direkam sebelumnya dan tidak menyanyikan lagu-lagunya secara langsung, yang membuat para penggemar lebih kecewa lagi karena mengharapkan penampilan live yang lengkap, bahkan beberapa penggemar pergi sebelum pertunjukan berakhir. Ada juga perubahan mendadak di menit-menit akhir pada pengaturan panggung, termasuk pemindahan gelanggang es dan penampilan seluncur es yang dibatalkan. 

Peristiwa ini menyoroti kesenjangan antara apa yang diharapkan oleh para penggemar dan apa yang mereka dapatkan dengan uang yang mereka berikan kepada Frank. Namun beberapa orang menghubungkan penampilannya ini dengan kesehatan mentalnya yang buruk karena dia baru saja kehilangan saudaranya, Ryan Breaux dalam sebuah kecelakaan mobil.

Singkatnya, posisi Frank Ocean di industri musik adalah perpaduan antara kecemerlangan artistik dengan perilaku yang misterius dan narsis. Sebagai seorang penggemar, adalah hal yang wajar untuk mengagumi bakatnya sekaligus merasa dikecewakan oleh kurangnya komunikasi dan penampilannya. Namun, dengan memahami bahwa pasti dia menghadapi beberapa masalah di kehidupannya dan adanya tekanan dari industri ini, dapat membantu memberikan pandangan yang lebih seimbang kepada perilaku Frank.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun