Mohon tunggu...
Jonathan Dharma Tama
Jonathan Dharma Tama Mohon Tunggu... Wiraswasta - University Student

Student of Business Administration, University of Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money

Future Development: Readily, Online Literature Application

29 Mei 2019   22:54 Diperbarui: 30 Mei 2019   01:48 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca dapat dideskripsikan sebagai proses aktif yang melibatkan pemrosesan informasi secara kognitif dalam bentuk tertulis dengan membangun makna dari teks tertulis, sehingga pada akhirnya menciptakan pemahaman (Otike, 2011). Pada dasarnya, membaca adalah kemampuan bahasa melalui pemahaman teks yang bertujuan untuk memperoleh informasi, menambah pengetahuan, hiburan, dan pengembangan diri (Kurniasih, 2017). Meskipun demikian, di Indonesia sendiri, budaya membaca sudah mulai berkurang seiring dengan perkembangan zaman, terutama pada generasi muda. Berdasarkan data yang diperoleh dari UNESCO melalui kompas.com (2018), persentase minat baca anak Indonesia hanya 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu orang yang senang membaca. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University, Indonesia berada di peringkat ke 60 dari 61 sampel negara dalam hal minat baca (The Jakarta Post, 2016).

Meskipun demikian, data yang dipaparkan di atas tidak menunjukkan perilaku membaca masyarakat Indonesia secara digital. Berdasarkan hasil survei  Global Research Institution GFK dan Indonesian Digital Association (IDA) yang diperoleh dari Kurniasih (2017), pada tahun 2015, sebanyak 96% dari konsumsi berita yang dilakukan oleh masyarakat adalah melalui media online, sehingga hanya 4% dari masyarakat mengonsumsi berita melalui media cetak. Berdasarkan statistik di atas, tingginya persentase pembaca digital di Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat potensial, mengingat jumlah pengguna internet di Indonesia yang cukup tinggi. Fenomena peralihan dari bacaan fisik ke bacaan digital pun tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga pada seluruh dunia secara global. Sebuah studi pada tahun 2014 yang diterbitkan dalam jurnal Library & Information Science Research menemukan bahwa dari 143 siswa kelas 10, sebagian besar lebih memilih untuk membaca e-book (CBS News, 2015).

Berdasarkan fenomena yang telah disebutkan, muncul peluang untuk mendirikan suatu aplikasi berbasis subscription yang menyajikan berbagai macam buku dalam bentuk digital bagi para penggunanya. Penulis mengusung Readily sebagai nama atas aplikasi tersebut, yang mengandung kata read yang berarti baca, serta readily yang memiliki arti segera, atau selalu siap tersedia. Readily menyediakan jenis buku utama yaitu novel, lifestyle book, dan guidebook yang dibaca kapanpun dan dimanapun dengan menggunakan ponsel, laptop, maupun PC. Karena berbasis subscription, sebagian besar buku yang ditawarkan pada Readily bersifat terkunci hanya untuk premium reader, yaitu pembaca yang membayarkan biaya subscription sekali setiap bulannya. Meskipun demikian, tetap terdapat buku-buku yang gratis untuk dibaca, terutama yang ditulis oleh author yang ingin memperoleh rekognisi atau promosi untuk meningkatkan pamor namanya. Melalui aplikasi ini, tidak hanya pembaca yang memperoleh keuntungan, penulis pun dapat memperoleh penghasilan melalui subscription payment yang dibayarkan sehingga menjaga kesejahteraan penulis buku di era digital. Maka dari itu, penulis buku pun memiliki alasan yang kuat untuk bekerja sama dengan Readily.

BUSINESS MODEL CANVAS

Customer Segments

Segmentasi pelanggan dari aplikasi Readily bersifat mass market, yaitu ditujukan kepada masyarakat dari kalangan dan usia manapun yang memiliki device, baik mobile phone, laptop, maupun PC, dan memiliki koneksi internet. 

  1. Pada segi perilaku atau behavioral, Readily berekspektasi bahwa masyarakat yang akan memanfaatkan aplikasi adalah mereka yang sudah terbiasa membaca, dan menginginkan metode yang lebih praktis, efisien, dan convenient dalam experience membacanya. 

  2. Pada sisi demografis, Readily tidak membatasi usia pelanggan yang mendownload aplikasi, karena memang tidak ada age restriction atau larangan bagi usia tertentu untuk menggunakan aplikasi. Meskipun begitu, apabila terdapat buku-buku tertentu dengan konten yang eksplisit, maka Readily akan menandainya dengan tulisan explicit. 

  3. Secara geografis, Readily bersifat realistis terlebih dahulu pada saat awal membuka usaha, yaitu hanya menargetkan Indonesia saja, karena akan lebih mudah di awal untuk mengadakan kontrak dan kerja sama dengan author lokal. Meskipun demikian, pada perkembangannya nanti, Readily akan menggaet author-author luar negeri ternama dan memasukan karya-karya mereka, sehingga segmentasi geografis pun ter ekspansi hingga seluruh dunia.

  4. Pada segmentasi psikografis, Readily berekspektasi bahwa masyarakat kalangan bookworm atau penggemar novel series tertentu akan banyak mendownload aplikasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun