Mohon tunggu...
jonansaleh
jonansaleh Mohon Tunggu... Ilustrator - Seorang pria yang akrab disapa lelaki

Tangan adalah pena dari pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saya yang Tinggal di Planet Bumi Disebut Apa?

17 Oktober 2017   18:10 Diperbarui: 17 Oktober 2017   18:40 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Andai saja tak ada orang yang mempersoalkan pidato pak Anies kemarin, maka niscaya jemari saya tak ikutan gatal untuk nangkring di Kompasiana ini setelah sekian lamanya hanya jadi pembaca setia. 

Sudah tak terhitung lagi jumlah artikel ataupun ulasan tentang istilah 'pribumi' dan pemakaiannya yang telah saya baca. Semuanya bisa saya kategorikan sebagai tulisan yang menarik, bagus, baik namun belum tentu semuanya benar. Ia, menarik karena berbagai sudut pandang istilah ini coba diulas dan 'disikat' sebersih mungkin dengan tujuan, tentunya menyatukan pemahaman (memaksakan?) penulis sendiri dan pembaca. Menarik, karena bisa menambah pengetahuan pembaca tentang hal ikhwal pemakaian istilah pribumi ini. Bagus dan baik karena para pengulas up to date dengan issue terkini. Hottest issue katanya. 

Benar? Ah. Yang ini ma... belum tentu. Meskipun dengan berbagai sudut pandang diulas, sebagai pembaca saya masih meragukan kebenaran dari tulisan tulisan itu. Yang mana kira-kira? Yang pasti semuanyalah. Alasan pertama keraguan saya adalah soal rujukan yang tepat terhadap istilah 'pribumi' yang bagi sebagian penulis memiliki standar ganda. Jika sudah begini, yang pasti kita yang menggunakannya pun akan selalu dibingungkan. 

Kalau tidak dibingungkan maka kita yang akan membingungkan. Contoh konkretnya, ada banyak dan banyak. Termasuk salah berapanya yaitu yang pernah diucapkan oleh bu Mega, Bapak Presiden Jokowi,dan bu Sussy sebagai menteri. Setiap mereka menggunakannya dalam kadar dan konteks yang mereka pakai saat itu. Dan yang terakhir bapak Anies Baswedan, gubernur baru DKI. Tentu dan pasti ia memakainya sesuai dengan konteks dimana ia patut memakainya. Hanya saja -kembali kepada standar ganda- istilah ini kemudian 'dibaca' oleh mantan pendukung maupun lawan politik Anies-Sandi dengan dalilnya masing-masing. Sama-sama kuat. 

Siapa benar siapa salah, standarnya yang mana dulu? Saya kemudian akhirnya tertawa kikik kik berhadapan dengan iatilah ini. Bahwasannya tiap orang punya kapasitas menafsirkan sesuatu dengan caranya masing-masing. Kemudian timbul pikiran menggelitik di otak saya...Lah, teruuusss SAYA YANG TINGGAL DAN HIDUP DI PLANET BUMI INI DISEBUT APA?

Perkiraan saya orang yang pertama kali menciptakan istilah ini bukan dari planet bumi. Anda setuju? Aku sih YES!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun