Mohon tunggu...
Cerita Wanita
Cerita Wanita Mohon Tunggu... Freelancer - By Kintan Prabaningrum
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Love FOOD, TRAVEL, MOVIE, LIFESTYLE. Selamat menikmati tulisan saya teman-teman^^

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mendaki Gunung Bukan Sekadar Hobi, tapi Juga Bentuk Kecintaan

18 April 2021   17:50 Diperbarui: 18 April 2021   19:50 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ida Bagus Charma menjelaskan geopark di Indonesia / dokpri

Maraknya pendakian gunung di Indonesia tak ayal menjadi bukti bahwa hobby mendaki gunung bukanlah milik segelintir orang. Kini pendakian ke berbagai gunung di Indonesia semakin banyak jumlahnya. Bahkan tak hanya mendaki, beberapa event juga digelar.

Namun rupanya, mendaki gunung bukanlah hal yang mudah, karena adanya aturan-aturan dalam masyarakat di dalamnya juga harus dipatuhi. Selain itu, persiapan matang dalam pendakian juka amatlah penting, guna menghindari kemungkinan yang tak diinginkan. 

Raden Bambang Adi Wijaya 'Awe' Founder Samawe Adventure sekaligus pendaki utama Elspedisi 30 Summits / dokpri
Raden Bambang Adi Wijaya 'Awe' Founder Samawe Adventure sekaligus pendaki utama Elspedisi 30 Summits / dokpri
Hal ini terungkap dalam press conference SAMAWE EKSPEDISI 30 SUMMITS, Minggu, 18 April 2021.

Raden Bambang Adi Wijaya, yang kerap disapa Awe, mengungkapkan alasannya SAMAWE ADVENTURE melakukan ekspedisi 30 Summits pada Mei 2021 mendatang. 

Bukan tanpa alasan, ia ingin mengedukasi masyarakat yang ingin mendaki gunung. Selama ini masyarakat nampak kurang mempersiapkan pendakian, diakibatkan maraknya media sosial.

"Banyak pendaki pemula yang kurang persiapan, sehingga hal ini mengakibatkan dampak berbahaya. Kita harus belajar mengatur waktu, logistik, perlengkapan menginap dan masih banyak lagi. Jadi bukan sekedar naik gunung." Ujarnya.

"Selain edukasi pendakian, saya ingin mengangkat human interest dari gunung ini sebenernya. Kita akan buat dokumentasikan setiap budaya yang ada dimasing-masing gunung. Nantinya, ini akan menjadi destinasi baru juga buat masyarakat. Ini menjadi bentuk bagaimana kita mencintai budaya tersebut. Miris lho, Belanda punya daftar lengkap desa adat di Indonesia, sementara kita cuma punya dua belas. Ini juga menjadi contoh bagaimana kita kurang memahami apa yang kita miliki."Lanjut Awe. 

Nantinya, meski akan melakukan dokumentasi desa adat dan desa wisata, namun Awe memastikan akan memilah desa mana yang akan dipublikasikan dan mana yang akan menjadi daftar dalam Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.  Hal ini dilakukan untuk melindungi desa-desa adat agar tidak tereksploitasi, sehingga tidak menghilangkan kekhas an desa tersebut. 

Untuk pendakian, nantinya team SAMAWE akan melakukan estafet. Dimana dalam jarak pendakian gunung satu dan yang lainnya hanya akan memakan waktu 5 hari saja. 

Awe berharap, nantinya hasil dari program ini, bisa melahirkan program pendakian baru dari komunitas lain dan memberikan manfaat bagi masyarakat. *(Kintan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun