Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Tidak Harus Membaca

14 Maret 2023   14:52 Diperbarui: 14 Maret 2023   14:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya gatal untuk membalas, sebab setiap pertemuan dan diskusi literasi, saya selalu mengiming-imingi peserta dengan kutipan indah Pekerjaan yang Menyenangkan Adalah Hobi yang Dibayar. Saya kira itu menjadi impian dan cita-cita setiap orang bagaimana menghasilkan uang sesuai kesenangannya (hobi). Di sisi lain, kadang saya juga sependapat bahwa hobi saya tidak menjamin kebutuhan penghasilan bulanan saya.

Ya, hobi saya menulis, sementara pekerjaan saya menjadi buruh pabrik. Namun hobi saya bukan karena pilihan hidup sejak balita, melainkan karena situasi dan kondisi yang memaksa saya untuk menyukai dunia kepenulisan. Awalnya saya banyak waktu luang di kantor (minim pekerjaan). Karena saya tidak suka nge-game, saya cari hobi lain agar terlihat pura-pura bekerja di ruangan. Yakni dengan menulis.

Akhir 2018, saya berhasil menyelesaikan sebuah buku dalam waktu tiga bulan yang dinilai cukup singkat bagi penulis pemula seperti saya. Alhamdulillah penjualan buku lumayan banyak (menghasilkan duit) dan berhasil menumbuhkan kecintaan saya dalam menulis. Orientasi saya dulu jelas, mendapat penghasilan tambahan dari gaji UMR lebih sedikit di kantor saya.

Ingin membuktikan petuah bijak "pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar", saya mulai nabung untuk ikut pelatihan menulis yang diampu oleh mas Iqbal Adji Darmono. Dalam posternya terlihat ada janji tulisan bakal terbit di Mojok dan Kolom Detik. Selama proses nabung, saya iseng lempar tulisan ke kolom Detik, hasilnya, tulisan saya dimuat. Jreng! Saya dihubungi pihak media untuk menerima honorarium yang waktu itu kalau tidak salah sebesar 500 ribu.

Sejak saat itu, uang tabunganku untuk ikut pelatihan saya gunakan untuk foya-foya. Sampai sekarang, saya tidak pernah ikut pelatihan menulis dan malah sering mengisi pelatihan kepenulisan. Padahal saya tidak paham struktur penulisan yang baik dan teknik penulisan yang layak dimuat di media.

Setelah itu, hampir setiap hari saya memproduksi satu tulisan opini yang saya kirim ke media-media. Sebulan setelahnya, tulisan saya dimuat di koran Jawa Pos, beberapa hari kemudian di muat di Media Indonesia, Koran Sindo, Solo Pos, Koran Fajar, dan awal tahun ini sudah tembus di Koran Kompas.

Setidaknya sampai sekarang, saya sudah menghasilkan hampir 300 tulisan yang dimuat di lebih dari 150 media berkurasi. Apakah saya sudah bisa hidup dari menulis sebagai hobi saya? Tentu jawabannya tidak.

Keyakinan saya didukung sama pernyataan kepala suku Mojok, Puthut EA. Bahwa kemampuan menulis masih jauh menyejahterakan saat ini, khususnya di Indonesia. Bagaimana tidak, minat baca Indonesia saja masih jauh dari kata wajar. Hal itulah yang membuat beberapa industri media dan penerbitan gulung tikar.

Namun saya masih mempertahankan hobi menulis saya. Setidaknya hobiku masih punya potensi manfaat popularitas (portofilio) yang dapat saya banggakan kepada anak-cucu, meski tetap akan miskin. Seperti dawuh Pramoedya Ananta Toer, "Orang boleh pandai setinggi langit, Tapi selama ia tidak menulis maka ia hilang di dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian,"

Namun ada hal lain yang mesti saya bongkar rahasia keaktifan saya menulis. Setidaknya menjawab kekhawatiran penulis pemula yang ditakut-takuti langkah menulis harus diimbangi dengan kuantitas dan kualitas bacaan. Saya bukti sahih pembantah kutipan penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun