Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teruntuk Orang Tua, Jangan Asal Mengeleskan Anak ke Bimbel Abal-Abal

11 Maret 2023   10:04 Diperbarui: 11 Maret 2023   10:26 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bimbel Online | pixabay.com/sasint

Saat ini saya bekerja purnawaktu di salah satu penerbitan buku pendidikan di Klaten. Karena gajinya pas-pasan, saya kerap mendaftarkan diri sebagai freelancer atau kerja parttime di luar jam kerja. Mulai dari menulis opini di media berbayar, termasuk koran nasional, hingga menjadi guru daring di salah satu starup pendidikan terbesar di Indonesia: Mitra Ruang Guru.

Setelah kontrak delapan kali pertemuan habis dengan Mitra Ruang Guru, wali murid mengapresiasi kinerja saya dalam mengangkat nilai anaknya di sekolah, sehingga ada kontrak tambahan hingga lulus sekolah. Padahal saya kurang menguasai materi yang saya ajarkan, yakni IPS Terpadu dan Bahasa Indonesia. Sementara saya jebolan mahasiswa Ekonomi Pembangunan yang hobinya berkesenian.

Mungkin karena teknik mengoceh saya yang menarik, si murid ketagihan dengan cerita-cerita dongeng saya. Sebelum mengajar saya sama sekali tidak belajar materi yang akan saya ajarkan, sampai sekarang. Bayangkan, hanya bercerita dan menjawab pertanyaan anak SMP kelas 9, saya dibayar 90 ribu per jam.

Saya mengakui kelemahan tentang materi yang saya ajarkan. Tapi karena kebutuhan ekonomi untuk menambal ansuran rumah, saya nekat mengambil semua pekerjaan yang menghasilkan cuan. Selebihnya saya hanya mendoakan semoga anak yang saya ajar jadi paham pelajaran dan dapat nilai terbaik di kelasnya.

Karena saya orang yang tidak pernah bersyukur, saya cari peluang lagi pekerjaan paruh waktu di luar jam kerja. Kemudian saya menemukan akun-akun lowongan pekerjaan parttime yang sering posting loker pengajar di sebuah bimbingan belajar (bimbel). Saya daftari semua, dengan iming-iming pernah mengajar di madrasah dan freelance di Ruang Guru.

Hasilnya, saya banyak dapat panggilan kerja, meski pada akhirnya tidak saya ambil karena waktu tes dan jadwal mengajar yang tidak memungkinkan. Yang bikin saya penasaran, kenapa banyak lembaga bimbel bertebaran dan berani-beraninya merekrut "karyawan" dari luar? Sebegitu menarikah industri jasa ajar-megajar?

Di Ruang Guru misalnya, dari curhatan wali murid dan prosentase bayaran yang saya dapat, bisa mendapat keuntungan 30-40 persen. Standar bimbel privat di Klaten biasanya berkisar 40-50 ribu per jam. Ditambah potongan lembaga, orang tua bisa mengeluarkan uang 50-80 ribu/jam untuk niat memintarkan anak.

Orang tua sering khawatir terhadap prestasi anak di sekolah dan gengsi tidak mengeleskan anaknya. Meski realitaya selesai dari bimbel tidak berpengaruh terhadap indeks prestasi anak di sekolah. Wali murid tidak sempat dan paham mengenai kualitas guru dan bimbel yang didaftari. Anggapanya, dengan les otomatis anaknya pintar.

Saya adalah satu dari ratusan bahkan ribuan guru yang mungkin tidak begitu peduli-peduli amat terhadap nasib anak didik di masa depan. Semua materi pelajaran juga mudah didapatkan di internet, yang misalkan anaknya mau ubet sedikit bisa memperoleh materi yang sama.

Jangankan guru bimbel, guru sekolah yang soalnya saya bahas saja banyak mengambil soal dan jawaban dari internet, bahkan sama persis. Filterisasi guru seperti saya ini yang saya khawatirkan banyak disediakan di lembaga bimbingan belajar. Kemudian saya sebut sebagai bimbel abal-abal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun