Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Kesulitan Menjadi Sutradara Teater

6 Februari 2023   08:40 Diperbarui: 6 Februari 2023   09:07 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sutradara teater | pixabay.com/WikimediaImages 

Sepengalaman saya bergelut di banyak bidang kesenian, teater merupakan jenis kesenian yang paling rumit. Menyatukan berbagai unsur kesenian dalam sebuah pementasan. Terlalu konyol mengatakan teater hanya sebatas seni bermain peran alias akting. Di sana ada lautan kesenian seperti tari, musik, rupa, lampu, kostum, rias, hingga dekorasi.

Kompleksitas seni teater menyadarkan bahwa puncak kesenian adalah bermain drama. Kesemuanya harus memahami esensi berkesenian dan motif keberadaan unsur seni. Aktor dan aktris tidak hanya mendalami sisi teknis olah vokal, rasa, jiwa, gerak, dan ekspresi. Pemain juga harus paham tempo, pesan, dan kondisi panggung. Pun demikian dengan tim keproduksian.

Sedikit gambaran dalam proses teater dipisah menjadi tim produksi dan artistik. Bagian produksi memainkan peran ketersediaan tempat, kepastian waktu pentas, kelancaran perizinan, pendanaan, hingga teknis pertunjukan. Sementara tim artistik lebih fokus pada proses pementasan yang membawai berbagai kesenian yang meliputinya.

Proses teater biasanya memakan waktu 3 sampai 6 bulan. Beberapa teater profesional bahkan butuh waktu setahun lebih untuk sebuah pertunjukan sekira dua jam di panggung. Lamanya proses tentu berkaitan dengan pelatihan bedah naskah, penentuan karakter, penjelasan pesan naskah, hingga durasi hafalan dialog dan improvisasi.

Di sinilah peran sutradara teater yang mesti dikuasai sebelum memutuskan menggarap sebuah naskah. Dia harus paham garis blocking, gambaran peran, teknik pencahayaan, suasana musik, dan visualisasi pertunjukan. Jadi sutradara yang baik tidak mesti ditentukan dari seberapa keren saat dia menjadi aktor, melainkan kemampuan mengaktualisasikan ide ke dalam seluruh tim pertunjukan.

Sutradara harus menyadari pentingnya kehadiran aktor sebagai ujung tombak permainan. Pemilihan aktor (casting) adalah langkah awal dan fundamental menentukan kualitas pertunjukan. Pemilihan naskah juga menjadi bagian penting bagaimana pertunjukan akan dihasilkan. Salah dalam memilih naskah dan aktor akan menjadi bumerang saat pementasan.

Ada beberapa teknik yang digunakan sutradara dalam menggarap sebuah pementasan. Pertama, merobotkan aktor dan tim artistik. Tipe sutradara yang otoriter dengan memaksa seluruh tim mengikuti arahannya. Aktor tidak punya daya kreasi, begitu juga dengan tim musik, lampu, setting, dan kostum.

Kedua, membebaskan. Sutradara hanya memberi rambu-rambu atau batasan. Selama pertunjukan tidak melenceng jauh dari ide awal pengagrapan akan tetap dipentaskan. Biasanya sutradara tipe ini punya karakter percaya pada kemampuan aktor dan tim artistik.

Ketiga, memadukan tipe pertama dan kedua. Selama teknik membebaskan tim pertunjukan jauh dari yang diharapkan, sutradara akan turun tangan mengajari detail permainan. Hal ini dilakukan agar pertunjukan yang berlangsung tidak memalukan untuk ditonton.

Selain punya jiwa seni yang maksimal, sutradara harus paham konsep kecerdasan emosional. Sutradara wajib datang setiap jadwal latihan dan harus sabar ketika ada beberapa pemain atau timnya berhalangan hadir. Sutradara juga harus sabar mengarahkan pemain yang berulangkali salah dialog, gestur, hingga blockingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun