Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Teroris

8 Desember 2022   09:51 Diperbarui: 8 Desember 2022   10:00 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: freepik.com

Sah, Agus Sujatno, pelaku bom bunuh diri di Bandung itu seorang teroris. Dia datang menyerbu, coming from the blue, ruang gagasan John Doe yang lagi sesak.

Padahal Si John lagi pusing menentukan pilihan isu muta'-akhir mana yang mau diobrolkan dengan Wimar.  Mereka duduk berduaan dipeluk bisu di Rumah Tradisi.

Tadinya Si John mau mbahas penangkapan Abdul Latif Amin Imron (Bupat Bangkalan) oleh KPK. Point of interest ini bisa melebar ke kontroversi suspensi hak politik koruptor hingga tak kunjung terangnya kasus korupsi Gubernur Papua Lucas Enembe.

Di saat bersamaan, disahkannya RUU KUHP menjadi KUHP yang menurut sebagian kelompok masyarakat masih mengandung banyak klausul (jika KUHP dimaknai sebagai konsensus bermasyarakat) bermasalah, juga menarik dibicarakan.

Bukan soal kenapa pasal-pasal itu diributkan, (termasuk yang bikin Kaka Mimin kuatir karena diperkirakan bisa jadi pewatas kebebasan pers), tapi bahwa satu-satunya mekanisme yang tersedia untuk mengevaluasinya setelah kebacut disahkan hanya judicial review melalui MK. Bukan demo, caci maki di medsos, atau ngarang di Kompasiana sambil berburu saldo GoPay.

Cilakanya, KUHP baru ini baru berlaku tiga tahun mendatang. Padahal syarat untuk memperoleh legal standing sehingga bisa mengajukan judicial review adalah sudah ada yurisprudensi terkait pasal-pasal yang hendak direview. Menarik.

Yang ke tiga, Si John bahkan sudah nyiapin judul: "Usai Sudah Asa Asia di Piala Dunia" menyusul penampilan antiklimaks tim-tim zona Asia yang lolos ke babak 16 besar PD Qatar 2022. Tentu Si John juga udah punya framing yang membuat PD Qatar tak sekadar tontonan yang gak relate dengan kondisi bola nasional yang lagi kempes.

Setidaknya, dilanjutkannya kompetisi liga domestik pasca tragedi Kanjuruhan dan sinyalemen tersanderanya Kemenpora oleh rencana hajatan Piala Dunia under twenty bisa digunjing lebih mbobot ketimbang ngomongin performa Ronaldo atau Messi. Ketersanderaan pemerintah itu yang bikin rekomendasi sundul langit TGIPF agar PSSI mereformasi diri dulu sebelum liga kembali jalan bak anjing menggonggong kafilahnya gak lewat.

Dari sudut biru, masih tangguhnya Aremania menuntut keadilan juga bahan cerita yang seyogyanya dijaga agar tak teralihkan, lalu terlupakan.

Selain itu, perbincangan soal fenomena awan panas guguran dari kawasan puncak Semeru juga anget. Rontoknya kubah dan lidah lava itu terjadi sementara puing kehancuran dampak gempa Cianjur masih berserakan.

Dan ehm.., curhat Dedy Corbu pada bu menlu Retno dengan menyitir quote psikolog Jordan Peterson (walau sebenarnya kutipan itu sebuah proverb China) juga bikin gatel. Kekhawatiran Dedy bahwa milenials dan genZ bakal jadi generasi lemah karena tumbuh di lingkungan yang mudah mengingatkan Si John pada "Father Forgets"-nya W. Livingstone Larned. Semoga si gundul doyan baca.

Maka, ketika lone wolf atau kadal buntung atau babi kura itu meledakkan bomnya, otak Si John langsung  hang.

"Mas, sorry, gue cabut. Mo mancing."

Wimar ndlongop. (J)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun