Tak hanya di stasiun tivi hiburan, eksploitasi sisi humanis suatu peristiwa belakangan juga kerap muncul di tivi berita. Rosi, talkshow yang anchornya tak lain Pimred Kompas TV Rosiana Silalahi, belakangan punya kecenderungan ke arah sana. Setidaknya dalam empat episode (dengan nara sumber Angelina Sondakh, kedua orangtua Brigadir Joshua, Irjen (purn.) Maman Supratman ayah AKP Dody Prawiranegara, dan terakhir kedua orangtua Bharada Richard Elieser) kentara sekali betapa goal yang diincar Rosi adalah airmata nara sumbernya. Uh, bahkan Akbar Faisal pun dibuat gemas oleh "ketelengasan" Rosi (walau tak berani ngomong, ha..ha..ha...) kala Angelina giliran mampir ke podcastnya.
Demikian dahsyatnya pengaruh human interest sehingga partai politik pun memanfaatkannya untuk mendulang suara. Memang, yang terakhir ini hanya terjadi di Indonesia. Narasi berikut rasanya familiar, Â "Jahat, bukan? Menginjak-injak hak rakyat, bukan?"
Suara adalah mata uang bagi partai politik, tiras untuk media massa cetak, rating untuk program televisi, subscriber untuk konten kreator, dan donasi untuk lembaga sosial. Semua mata uang itu bisa dikeruk dengan jurnalisme airmata. Sah-sah saja. Tapi pernahkah Anda mendengar keluh kesah Motinggo Busye? "Keseringan mendengar kisah sedih nara sumber membuat hatiku mengeras. Jangankan empati, sekadar simpati pun tiada lagi!" (Wim.)