Mohon tunggu...
Gus Memet
Gus Memet Mohon Tunggu... Relawan - Santri Kafir

Ada dari satu suku kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rosi dan Jurnalistik Airmata

5 Desember 2022   08:31 Diperbarui: 5 Desember 2022   15:57 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rosi episode Angelina Sondakh (kompas.com)

Dalam tulisan terdahulu, disebutkan 7 nilai berita (news values) yang dalam perjalanannya mengalami perkembangan. Salah satu anasir yang kemudian banyak dikedepankan karena memiliki daya linuwih adalah human interest. Apa itu?

Pada Juni 2006, ada artikel pendek menarik di harian Republika. Judulnya "Siti Jalan Kaki Lagi". Kisah tetang siswi kelas II sebuah Madrasah Tsanawiyah yang rumahnya rata dengan tanah saat gempa memporak poranda Jogjakarta, 27 Mei 2006 itu ditulis dengan gaya prosa liris. 

Penulisnya bercerita tentang Siti yang terpaksa pergi pulang sekolah sejauh 6 km dengan berjalan kaki setelah sepeda tua pemberian Dalimah, wali kelasnya, ringsek ketiban puing. 

Menariknya, penulis menarasikan suasana duka itu di sela keindahan alam saat Siti mengayun langkah, menyusuri jalan yang diapit rimbunan glagah (kembang mtebu), berdesau ditiup angin pagi mengiring Siti kembali bersekolah.

Narasi tentang sisi-sisi pergulatan batin anak manusia, suka duka, perjuangan, bahkan tragedi, adalah news value yang memiliki daya tarik sangat kuat. Itulah unsur human interest, news value yang banyak diekploitasi untuk memikat audiens. Di dalamnya juga terkandung nilai relevance, keterkaitan emosional antar sesama manusia. Sepekan setelah artikel itu terbit, banyak pembaca Republika yang menyumbangkan sepeda untuk Siti.

Pada 1990-an, majalah dwi mingguan "Kartini" menerbitkan rubrik human interest di bawah judul "Oh Mama Oh Papa" yang ikonik. Bermacam drama kehidupan, yang dikemas dengan gaya tutur confession journalism dari nara sumber, ditambah dramatisasi (sehingga acap dituding sebagai fiksi) dan bumbu erotisme khas Bustami Djalid (Motinggo Busye) yang mengasuh rubrik itu, membuat "Oh Mama Oh Papa" melegenda. Kelak, karya jurnalistik ini diadaptasi menjadi serial sinetron yang tayang di salah satu stasiun tivi.

Selain digemari, mampu menumbuhkan empati, jurnalistik human interest juga memiliki kekuatan call to action terhadap publik. Contohnya adalah hibah sepeda untuk Siti. Karakteristik ini banyak dimanfaatkan lembaga-lembaga sosial/kemanusiaan untuk menggalang donasi.

Mereka mempublikasikan literasi tentang duka lara kaum dhuafa, tragedi kehidupan, perjuangan, pengabdian, dan sejenisnya melalui berbagai media. Mantan Direktur Komunikasi Media sebuah lembaga kemanusiaan besar di Indonesia, menyebut literasi demikian itu sebagai jurnalistik airmata.

Daya pikat human interest juga merambah televisi dan media digital lain. Di kanal medsos misalnya, konten pegiat kepedulian terhadap ODGJ merupakan salah satu kanal dengan jumlah pirsawan dan pengikut cukup besar, apapun motivasi di baliknya.

Di televisi, bahkan program kontes nyanyipun acap disisipi adegan-adegan yang dimaksud untuk meruntuhkan airmata pemirsa. Misalnya menghadirkan keluarga kontestan ke atas panggung kontestasi, menggali-gali riwayat duka kontestan, dan trik-trik semacam. Yang ini kentara kalau motivnya adalah rating. Tak heran kalau beberapa stasiun tivi hiburan istiqomah menayangkan sinetron bergenre human interest yang asal muasalnya merupakan adaptasi konten majalah bulanan Hidayah. Beda dengan paduan erotis ala "Oh Mama Oh Papa", yang ini meramunya dengan bumbu mistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun