Selamat pagi, sebenarnya ada berderet kata ingin kutera. Tentang cinta yang niscaya Dia curahkan pada semua mahlukNya: gunung dan pohonan, bebek dan gembala, pagi dan cahaya yang menerobos rumah tanpa jendela. Rumahku, rumah John Doe.
Tapi kadang kata kehilangan makna. Pagi pergi, siang menjelang. Si cantik berdandan dan anak-anak mabuk cafein. Toh masih saja cinta itu begitu nyata bila ananda terjaga lalu memberi makan ikan-ikan kesayangannya.
Kau dengarkan kecipak air kolam dan rancak perkusi pengamen jalanan. Nyanyi lagu cinta... nyanyi lagu semesta.
Di sinilah aku, di rumah cinta tanpa batas. Mengajar ilmu alam, kepada siapa saja yang peka makna liyan.
Sesudahnya datang senja, berkisah tentang kedelai impor dan nostalgia swasembada pangan. Di kuping, terngiang quote Soekarno dalam Kongres Pemuda, "Siapa menguasai benih, menguasai pangan. Siapa menguasai pangan, menguasai dunia." Dan dia juga yang bilang, "Jangan bermental TEMPE." Tidak Bung, aku lebih suka menggoreng mereka.
Pagi, Siang, dan kini Malam. Lagu-lagu masih terdengar, mata diganti telinga. Indahnya cinta tetap sama. Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan (Qur'an Surat Ar Rahman 13, terj.)