Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

9 Langkah Bahagia di Jalan Raya

26 Juli 2013   16:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:59 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Driving sucks!"

Demikian maki wartawan Wes Siler dari California. Walaupun belum pernah mengemudi di Jakarta atau di kota-kota besar lainnya di Indonesia, mengemudi adalah aktivitas yang menyebalkan bagi Siler. Apa yang akan dia katakan jika suatu hari dia harus merasakan 'neraka' mengemudi atau memakai jalan raya di salah satu kota besar di negeri kita?

'Kemacetan' umumnya adalah kata yang akrab bagi kita yang tinggal di daerah urban di Indonesia. Di Jakarta misalnya, kecepatan rata-rata kendaraan roda empat yang melaju dalam jaringan jalan dalam kota hanyalah 10 km/jam saja. Pada jam puncak pagi dan sore kecepatan rata-rata ini bisa turun separuhnya menjadi 5 km/jam. Pada situasi jam puncak ini misalnya, diperlukan waktu 2 jam untuk menempuh trayek antara Jembatan Semanggi sampai Stasiun Kota lewat Jalan Sudirman.

Lebih parahnya lagi, kemacetan di negeri kita sekarang ini tidak hanya terjadi pada perjalanan dalam kota, namun juga pada perjalanan antar kota. 'Demonstrasi kemacetan tahunan' akan dapat kita dengan mudah kita saksikan di jalur Pantai Utara Pulau Jawa pada hari-hari sebelum dan sesudah lebaran.

Menyadari begitu besarnya dampak kemacetan bagi perekonomian*, pemerintah nasional dan daerah lewat berbagai strateginya saat ini sedang berjuang keras untuk mengurai kemacetan lalu lintas darat baik yang terjadi di perjalanan dalam kota maupun antar kota. Strategi-strategi ini, baik lewat manajemen lalu lintas maupun pengembangan infrastruktur transportasi darat tentulah tidak akan dapat mengatasi kemacetan di mana pun dalam hitungan bulan apalagi hari.

Lalu apa yang bisa kita lakukan 'hari ini atau detik ini juga' selaku pengendara kendaraan bermotor di jalan raya untuk sekedar meringankan beban hidup yang ditimbulkan oleh kemacetan?

Sembilan langkah bahagia di bawah ini akan membantu kita hidup dalam kemacetan lalu lintas:

1. Sebisa mungkin hindari pemakaian klakson dan lampu dim


Kita begitu mudah menekan klakson atau menyalakan lampu dim untuk 'memperingatkan' pengemudi lain di depan kita agar bergerak lebih cepat. Adakah gunanya? Tidak ada!

Membunyikan klakson atau memberi lampu dim sekedar untuk 'menyuruh' orang lain bergerak lebih cepat hanya akan membuat pengemudi lain naik darah dan tidak membuat arus secara keseluruhan menjadi lancar.

Pengemudi kendaraan ber-versneling manual misalnya, perlu waktu untuk memindahkan gigi sebelum bergrerak maju. Bahkan pengendara kendaraan matic juga perlu waktu untuk menginjak gas agar mobil tidak 'loncat'.

Kita juga begitu mudah menekan-nekan klakson saat kesabaran habis ketika arus lalu lintas mendadak berhenti total. Adakah gunanya? Tidak ada!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun