Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Bram Atjeh, Si Buaya Keroncong dan Macan Bola Nusantara!

3 Juni 2022   23:56 Diperbarui: 10 Juni 2022   05:38 2340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bram Atjeh: Sang Buaya Keroncong & Macan Bola Nusantara!(foto: Sumber Ria/kasetlalu.com)

Tidak diketahui apa aktifitas Bram Atjeh selama jaman penjajahan Jepang (1942-1945) dan masa perang kemedekaan (1945-1949).

Setelah perang kemerdekaan selesai, Bram Atjeh atau Bram Titaley tercatat rutin mengisi panggung nyanyi dan dansa di Prinsenpark (sekarang Lokasari, Jakarta) antara tahun 1949 dan 1952 bersama grup musik "The Manuella Boys" yang membawakan lagu-lagu berirama hawaiian atau lautan teduh.

Musik atau irama lautan teduh sendiri pada masa itu umumnya terdiri dari lagu-lagu dengan melodi khas kepulauan Polinesia di samudera Pasifik.

Di Indonesia, musik lautan teduh juga memuat keroncong dalam repertoire-nya. Hal ini membuat Bram Atjeh memiliki tempat tersendiri di panggung irama lautan teduh.

Penulis memperkirakan bahwa di tahun 50-an itulah Bram Titaley bertemu dengan sepupunya yaitu George, John, Arie dan Pieter de Fretes yang bersama biduanita Joyce Aubrey (istri George saat itu) merupakan sempalan dari the Royal Hawaiian Minstrels yang pada jaman Jepang disebut grup Suara Istana yang pada masa itu merupakan grup musik lautan teduh paling terkenal di nusantara.

George de Fretes, sang legenda musik yang di kemudian hari berkarir di Belanda dan Amerika Serikat, adalah pencipta lagu Schoon ver van jou yang dikemudian hari juga menjadi salah satu tembang keroncong yang sangat lekat dengan suara Bram Atjeh.


Nieuwsgier (31 Juli 1956) mencatat bagaimana Bram Atjeh meraih gelar juara I bintang radio RRI musik keroncong untuk kategori penyanyi pria pada tahun 1956.

Banyak tulisan dan artikel tentang kisah hidup Bram Atjeh pada periode-periode selanjutnya sebagai salah satu maestro keroncong dan irama lautan teduh ( hawaiian) di Indonesia bahkan sampai negeri Belanda. 

Kakek luar dari Harvey Malaiholo, Irma June, dan Glenn Fredly ini (Tirto, 3 September 2016) menhembuskan nafas terakhir  di Rumah Sakit Tebet, Jakarta pada 8 Mei 2001.

Bagaimana sepak terjang Bram Atjeh sebagai macan bola?

Di dunia sepak bola, masa aktif Bram Titaley meliputi masa Hindia Belanda di tahun 1930an sampai setelah masa perang kemerdekaan tepatnya paruh pertama tahun 1950an. Di kolom-kolom artikel sepak bola nama "Titaley"-lah yang dipakai dan bukan "Atjeh".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun