Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Boys Will be Boys? Cerai Gegara Playstation?

4 Juni 2021   08:34 Diperbarui: 7 Juni 2021   04:25 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
J. F. Kennedy Bapak dan Anak (foto: A. S. Tretick)

Makdarit (maka dari itu), sebagai eks-gamer, laki-laki, suami, bapak, saya bisa membagi dua tips buat para bapak muda atau suami muda:

Pertama, mengubah paradigma permainan (game) ke dalam hidup pernikahan

Dalam suatu permainan atau game, kemenangan adalah hal yang ingin dicapai misalnya dengan mencapai skor setinggi mungkin. Hidup pernikahan pun bisa dipersepsikan sebagai suatu permainan besar dengan tujuan utama tentu saja adalah keberhasilan hidup berkeluarga itu sendiri.

Dari tujuan utama itu, bisa kita andaikan ada beberapa milestones atau tonggak-tonggak pencapaian yang harus dimenangkan dalam berbagai skala. Dalam skala besar atau dalam jangka yang panjang hal tersebut misalnya adalah kebahagiaan istri, keberhasilan anak-anak secara akademis, pergaulan dan sebagainya. 

Dalam skala terkecil atau sehari-hari misalnya makan pagi, siang dan malam yang berlangsung baik bersama-sama, rumah yang rapi dan bersih, anak-anak yang berhasil membuat PR, acara belanja kebutuhan sehari-hari bersama istri yang berlangsung lancar dan sebagainya.      

Dengan menggeser paradigma dan menetapkan tujuan besar dan tonggak-tonggak kemenangan kecil seperti ini, kebutuhan kita para suami untuk main futsal, main playstation, dan lain-lain akan bergeser secara alami. 

Menepis keinginan untuk kongkow dengan teman supaya bisa lebih lama bercengkrama dengan anak dan istri jangan dianggap sebagai suatu kekalahan namun kemenangan. "To win the war not the battles" itu konon kata Jendral McArthur.

Percayalah bahwa tonggak-tonggak kemenangan kecil itu akan memberi kepuasaan yang jauh lebih besar ketimbang kepuasaan main game FIFA di PS. Kepuasan bisa memasak makanan yang disukai istri dan anak-anak, kepuasan melihat anak-anak bisa memecahkan soal matematika, kepuasan bisa mengajari anak-anak bersepeda roda dua adalah kepuasan yang tiada tara slur!!

Kedua, menikmati setiap pekerjaan keluarga dalam persepsi game (permainan)  

Ada beberapa antropolog yang menganggap bahwa laki-laki adalah mahluk yang secara alami memang lebih suka bermain atau lebih ludik ketimbang perempuan. Entah benar atau tidak, tapi saya setuju pandangan itu.

Sadar atau tidak ternyata selama ini saya juga telah mengerjakan segala pekerjaan keluarga dan rumah tangga dalam konteks permainan dan saya rasa hal itu justu memotivasi untuk melakukannya dengan semakin baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun