Peran role model atau contoh dan teladan berperilaku membatasi pergerakan menghadapi COVID-19 tidak bisa lagi ditimpakan terus pada masyarakat ataupun tokoh-tokohnya. Masyarakat yang lelah tak bisa terus menerus disalahkan. Â Pemerintah dan wakil rakyat-lah yang saat ini harus muncul menjadi role model karena memang untuk itulah mereka dibayar dan menjadi inspirasi membatasi pergerakan.
Kunci keberhasilan bukanlah formula yang rumit dan tidak ada kaitannya dengan matematika eksponensial yang mungkin dibayangkan presiden Jokowi. Kuncinya saat ini hanya dua: perubahan paradigma dan prioritas.
Pertama, Presiden Jokowi dan jajarannya serta seluruh wakil rakyat perlu untuk segera merubah paradigma dalam strategi bangsa Indonesia melawan pandemi. Kata "kita" harus mengganti kata "masyarakat".Â
Masyarakat, wakil rakyat dan pemerintah adalah subyek dan obyek dari setiap kebijakan. Pemerintah harus menyetop kebiasaan menyalahkan masyarakat dan segera mengganti nama kebijakan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek seperti PPKM ini. Pemerintah yang solider dan ber-empati dengan masyarakat yang kehilangan inspirasi adalah yang dibutuhkan saat ini.
Kedua, Presiden Jokowi dan jajarannya serta seluruh wakil rakyat perlu me-mrioritas-kan penanganan COVID-19 di atas segalanya. Mengurangi perjalanan dinas yang tak penting maupun memindahkan segala sidang, pertemuan, dengar pendapat secara maksimal menjadi pertemuan virtual adalah konsekuensi yang jelas dari skala prioritas ini.Â
Masyarakat harus melihat dan merasakan bahwa mereka tidak sendiri berjibaku menahan diri berdiam di rumah dan tidak sendiri melakukan skala prioritas kegiatan dalam lingkup-lingkup kecilnya.Â
Selama masyarakat masih melihat di media massa atau di media sosial bahwa pemerintah dan wakil rakyat masih begitu permisif melakukan kunjungan kerja, kongres atau ataupun pertemuan-pertemuan yang tidak jelas urgensi-nya selama itu pula mobilitas yang tinggi tak bisa dibendung.
Akhirnya, di awal pandemi penulis Marc Lipsitch dan Yonatan Grad (2020) membayangkan pandemi COVID-19 sebagai ombak besar yang mendadak menerjang suatu bahtera yang ditumpangi suatu bangsa. Ombak pandemi meluluhlantakan bahtera dan para semua orang hanya dapat berpegangan sambil mengayuh sebuah potongan kayu untuk mencapai daratan kering, akhir pandemi yang begitu jauh. Potongan kayu adalah berbagai usaha kita melawan pandemi seperti pembatasan mobilitas.Â
Semakin banyak yang terlibat mengayuh papan kayu, semakin cepat kita sampai ke pulau kering.