Mohon tunggu...
Joko Purwadi
Joko Purwadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan, sehat, positif logis, berenergi

Lakukan apa yang bisa kita lakukan, wiraswasta, menikah, satu anak, Islam, Lampung Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Putri Pambayun, Kepatuhan-Cinta-Pengormaban, dan Ambisi Penguasa

23 Januari 2011   09:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:16 2779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1295772920563691816

Patuh :

Karena Putri Pambayun harus bersedia memerankan menjadi “Ledhek/Ronggeng”, atas perintah ayahmya, Panembahan Senopati, Raja ke dua kerajaan Mataram. Setiap malam Putri Pambayun harus berkeliling bersama rombongan keseniannya untuk mengadakan pertunjukan ke desa-desa seluruh wilayah negeri Mataram (sekarang Daerah Istimewa Yogyakarta), dalam rangka misi rahasia sang raja menaklukan Ki Ageng Mangir “Wonoboyo”. Sekalipun Putri Pambayun adalah seorang putri raja, namun tidak ada seorang pun yang berani membantah atau menolak perintah raja, (Sabdo Pendito Ratu).

Sedangkan Ki Ageng Mangir “Wonoboyo” adalah seorang penguasa “daerah perdikan” (daerah atau desa yang merdeka) desa Mangir, yang terletak di pinggir Kali Progo (sekarang masuk Kabupaten Bantul), adalah seorang yang gagah perkasa, ganteng, sakti dengan senjata tombaknya yang terkenal dengan nama “Kyai Baru Klinthing”, yang berhasil memukul mundur pasukan Mataram yang hendak menyerang desa Mangir. Karena kekalahan inilah maka raja Mataram menganggap Ki Ageng Mangir seperti duri dalam daging yang harus ditaklukan dan dimusnahkan.

Pada suatu hari, sampailah rombongan kesenian ledhek/ronggeng keliling tersebut di desa Mangir. Ketika pertunjukan diadakan di halahan rumah Ki Ageng, maka Ki Ageng pun ikut menyaksikan pertunjukan tersebut, dan alangkah terpesonanya Ki Ageng Mangir dengan gerak tari, joget, suara merdu dan kecantikan ledhek Putri Pambayun. Maka ketika pertunjukan telah usai, Ki Ageng memanggil Putri Pambayun dan mempersunting untuk menjadi istri Ki Ageng Mangir.

Gambar diambil dari Google Tayub

Cinta :

Beberapa bulan setelah Putri Pambayun menjadi istri Ki Ageng Mangir, suatu malam sebelum tidur, Putri Pambayun bercerita kepada suaminya, Ki Ageng Mangir, bahwa sebenarnya ia adalah putri Penembahan Senopati, raja Mataram.

Mendengar cerita seperti itu Ki Ageng Mangir kaget, ternyata wanita yang menjadi istrinya adalah anak musuhnya sendiri, mau tidak mau Ki Ageng Mangir telah menjadi menantu dari musuhnya. Tetapi apa boleh buat, Ki Ageng Mangir sudah terlajur jatuh cinta pada Putri Pambayun bahkan saat itu Putri Pambayun sedang hamil, maka Ki Ageng semakin cinta dan sayang kepada istrinya. Hingga tiba saatnya anak dan menantu ini sowan menghadap sang ayah, Panembahan Senopati.

Kedatangan anak dan menantu, disambut dengan gembira oleh raja dan perangkatnya. Namun ada aturan bahwa siapapun yang akan menghadap raja tidak diperkenankan membawa senjata. Maka tombak Kyai Baru Klinthing yang dikenal sakti dan selalu berada di tangan Ki Ageng Mangir diserahkan kepada pengawal kerajaan. Hal ini sebenarnya sudah menjadi kegelisahan tersendiri bagi Ki Ageng, namun hatinya tetap teguh, karena bagaimanapun juga ia harus sungkem kepada ayah mertua.

Pengorbanan :

Ketika Ki Ageng yang didampingi istrinya, Putri Pambayun, sujud sungkem di kaki sang raja, tiba-tiba tangan sang raja menjambak rambut Ki Ageng dan membenturkan kepalanya ke tempat duduk raja yang terbuat dari batu hitam. Kegaduhan pun terjadi di istana raja, pasukan pengawal Ki Ageng pun berontak, tapi akhirnya Ki Ageng Mangir pun mati terbunuh dalam kegaduhan itu.

Putri Pambayun menangis, menyesali kunjungannya kepada orang tuanya, baginya, Ki Ageng Mangir Wonoboyo adalah cinta sejatinya, dan desa Mangir adalah tanah rakyatnya yang mengabdi padanya.

Jenazah Ki Ageng Mangir akhirnya dimakamkan di makam raja-raja Mataram di Imogiri. Tetapi karena pihak kerajaan Mataram menganggap bahwa separo jiwa Ki Ageng Mangir adalah keluarga kerajaan (karena menjadi menantu raja) dan separo sebagai musuh kerajaan Mataram, maka posisi pemakaman Ki Ageng separo jenazah (bagian atas) berada di dalam pagar makam dan separo (bagian bawah) berada di luar pagar makam.

Itulah Kepatuhan - Cinta – dan Pengorbanan seorang putri raja, Putri Pambayun dan sekaligus ambisi sang penguasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun