Mohon tunggu...
Joko Prastio
Joko Prastio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sejarah UNAND

Mencoba Sebisa mungkin "Nothing Impossible in your life"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Surau Seolah Tempat yang Dilupakan

11 September 2021   13:07 Diperbarui: 11 September 2021   13:13 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Bekas) Surau Tabiang, Tanjung Barulak, Tanah Datar yang menjadi rumah.

Yang rajin belajar adat/budaya dan kesenian Minang mereka dewasanya menjadi budayawan dan seniman besar seperti Chairil Anwar dan budayawan tersohor lainnya, maka tak salah jika di dalam pelajaran kesusasteraan di sekolah menengah waktu dulu sebagian besar nama yang berasal dari Sumatera Barat.

Begitulah hasil tempaan dan didikan surau pada saat itu yang telah melahirkan pemimpin-pemimpin besar dari buah pendidikan alami di surau yang sangat kental nuansa Islam nya. 

Mereka juga sangat berperan andil besar dalam kancah perpolitikan dan kenegaraan mulai era perjuangan kemerdekaan sampai dekade 80-an. Tetapi lihatlah pada saat sekrang ini, lebih khususnya di daerah tempat tinggal sekitar saya ini.

Antara kaitan cerpen yang di tulis ole A. A. Navis yang diantara judulnya "Robohnya Surau Kami" dengan kehidupan lingkungan sosial di tempat saya sendiri yang berada di Batusangkar. 

Bahwa didalam cerpen itu dapat dilihat disana bahwa seorang kakek yang menjaga surau yang rajin dan taat dalam beribadah hampir-hampir seluruh waktunya hanya dihabiskan untuk menganggungkan nama Allah. Kakek diketahui pandai mengasah pisau, tetapi itu bukanlah pekerjaannya.

Ia hidup dari sedekah jemaah dan panen ikan mas yang dipelihara di kolam depan surau. Sepenuh hidupnya ia baktikan untuk beribadah dan merawat surau. 

Dia tidak memiliki rumah dan juga seorang istri maupun anak. Pekerjaan sehari-hari nya adalah bangun pagi-pagi, bersuci/berwudhu, memukul bedug, membangun kan manusia untuk beribadah kepada-Nya.

Takala itu datang lah seorang bernama Ajo sidi seorang pencerita yang bercerita tentang Haji Salim saat dihisab oleh Tuhan di Akhirat kepada sang kakek. 

Tuhan memberikan beberapa pertanyaan kepada Haji Salim Apa kerjamu di dunia?." Dan bagi Haji Saleh itu adalah pertanyaan mudah, dijawabnya pertanyaan Allah itu dengan rincian amal ibadah yang telah dilakukannya semasa hidup. 

Setiap Haji Saleh selesai menyebut amal ibadahnya, selalu Allah bertanya, "Lain lagi?" Hingga ia kehabisan kata. Tetapi, bukan surga yang akhirnya ia masuki, melainkan neraka.

Melihat itu memang dapat di kaitkan dengan keadaan lingkungan sosial di tempat tinggal penulis bahwa banyak ahli ibadah namun mereka lupa akan tugas nya di dunia ini sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun