Mohon tunggu...
YULIANUS JOKO KRISTIANTO
YULIANUS JOKO KRISTIANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Layunya Kembang Putih Abu Abu

7 Desember 2022   07:25 Diperbarui: 7 Desember 2022   07:35 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Layunya Sang  Kembang Putih Abu Abu   

Suatu pagi dengan cuaca mendung pukul 6:30 an  itu begitu menjebakku, saat ku dengar ada notifikasi dari WA ku, ada pesan dari teman beda kelas Trisni mengirimi pesan tertullis, "Mas Purbo, kulihat Tintan kemarin bareng naik motor sama cowok lain lho?"  Membaca pesan itu seolah ada yang menyelinap rasa cemburu dihati, gimana rasanya wong ada  nama yang pernah bermain manis ria di pelataran hatiku bersama cowok lain. "oooh.. ya gak apa, wong dia udah milik orang lain kok, trus gimana critanya lagi Tris? " Hibur diriku.  Sesaat ku  seolah berada di rendaman sungai api cemburu. Ku coba  melawan dengan dinginnya  pagi dan rindangnya halaman sekolah, namun masih juga tak reda panas hati ini. Kulihat dari  depan kelasku, bersama-sama  naik motor, Rega, Trina, Tintan, Sato, Rasto, dan Trisni teman akrab Tintan.

Kulihat mereka memarkirkan motor di parkiran sekolah,  tampak si Trisni tersenyum  renyah dari jauh, dan menuju kelas  sambil ngledeki ku  manja,  "Purbo, mkasih ya WA nya tadi ."  Ku senyum mentah kepadanya, kok ada-ada aja wong dia yang kirim pesan WA kok ku yang di omong kirim pesan WA, pinter banget ni temen."   Sementara itu Tintan berjalan di belakang Trisni sambil menutupi wajahnya dengan buku.  "Lho kok sombong banget mentang mentang udah punya pacar baru sombong banget," celetuk hatiku tak nyaman.

"Purbo, ajaklah Tintan ke kantin biar gak galau!"  "Pergi sendiri ajalah wong sudah ada yang ajak jalan sekarang ."  Jawabku nyindir kasar. Secepat itu Tintan lari ke kelas dengan meninggalkan kami berdua. "Purbo, nanti ku pinjam PR kimianya ya, soalnya ku belum kerjakan." "Boleh kok, tapi pas PR fisika kupinjam kamu juga, soalnya kamu pinter fisika, denger-denger kamu lagi deket  ma Rasto ya?"  Jawab Trisni, "Gaklah, iiih Nggak banget aku ma dia!"  "Ahhh! Jangan gitulah kayaknya dia sering deketin kamu, ya khan?" selidik ku sambil canda. " Purbo, mau crita gak?' Jawabku.  "Mau banget tuuh, crita apa?"

"Pacar baru Tintan tu kayak Kang Tae oooh lho?"  "Waaaaw! Artis korea dong dong?  Kalahlah aku." Jawab kilatku," Trus denger-denger dia badboy disekolahnya, kalah jauh kau Pur," ku menyela, "Trus pa lagi Tris,"  "Dia juga tajir melipat kau hanya seperempat 100 persen keren , mantap and OK  pokoknya,"   sahutku,  "Waaaw kau ini kayaknya  agen rahasia cinta Tris." Pujiku tak ikhlas karena nahan emosi seton beratnya mendengar celoteh lancar jalan tol si Trisni. "Pokoknya emang dia badboy, potongan rambutnya kayak Kang Tae Ohh, dan emang Tintan idolanya si Kang Tae Ohhh lho Pur!"

Waktu bell memaksa menyuruh kami masuk ke kelas jam pertama itu, kami  dicekoki  sarapan oleh Bu Marnah guru biologi tentang reproduksi bagaimana pertemuan sperma dan sel telur bertemu hingga menjadi janin, Pelajaran reproduksi itu membuatku mengerti kan sebuah kehidupan baru, namun terasa ada rasa yang hambar tak nyaman yang kurasa dalam benakku. Sampailah kami pada istirahat pertama sekolahku itu, kelas Tintan berada disebelah kelasku, ketika ku keluar kelas tuk hirup udara dan nikmati hamburan cercah matahari pagi berlarilah Tintan menjauh dari teman-temannya. Dan menelpon entah apa yang diobrolin.  

Saat sekolah usai, kulihat Tintan berlari sambil meletakan androidnya di telinga, dan menuju gerbang sekolah, nampak olehku cowokseragam  kumel setengah  keren bak Kang Tae Ohhh dengan motor besarnya menjemput Tintan, segera Motor itu terbirit oleh si cowok tak berhelm dan tatoo di lengan.  "Ahhhh!  itu mahhh bandit bukan badboy dull!" Pikirku nahan senyum ejek,  "Wahh hebat banget kau si Tintan cari badboy malah dapet bandit terminal."

Kesokan paginya seperti biasa ku sudah ada di sekolah  jam 6:30 an,  ku lihat si Trisni berdua ma Rasto boncengan setelah sampai didepan kelas, ku guyoni si Trisni, "Wahhh dah jadian ya ma Rasto?"  "Gaaak ahhhh!, Rasto datang ke Rumah jemput aku padahal di WA udah ku bilang jangan jemput, eeehh malah dijemput! Yaudah kuikut,"  Sahut Trisni menthel. Seketika Rasto muncul, "Hey, Tris, nanti pulang sama aku aja!" "Gak usah To,  jangan repot-repot ku bisa pulang sendiri kok." Sahut ketus Trisni.  Ketika kami berdiri didepan kelas datang dari gerbang Tintan dengan membawa tas dan jaket di pundaknya. " Kata Trisni, "Wahh yang sudah jadian sama badboy, tambah keren ya?" Jawab Tintan, "Yak iyalah, khan yang kucari kayak gitu!" sahutnya sombong Tintan menoleh ke trisni namun tak kepadaku. Saat itu bell sekolah sahut menyahut mengusir kami tuk istirahat pertama dan menyuruh kami ke kantin sekolah, tapi ku geluti waktuku tuk santai di kursi panjang depan kelas. Seketika berlarilah Trisni ke arahku, "Purbo ku mau crita ma kamu." " Ahhhh penting kayak nya Tris?"   "Penting gak penting, pokoknya ku mau crita, titik!"  "Yo wis critalah."  Kataku nyantai sambil lihat menthelnya yang kadang nggatelin mata. "Ehhh Rasto tu malam-malam suka WA aku lho Purbo, dia mau ajak jalan aku, tapi kutolak, trus sering anter makanan juga ke aku, jadi aku ngrasa gak enak!" 'Ya diterima aja, kalau ditolak gak enak orang udah susah-susah bawain makanan."  "Yaelah Pur, ku khan gak enak." Sahutnya cemberut lepas bebas.

Tak seberapa lama datanglah Tintan dan Rasto dari arah kantin sekolah menuju kelas namun Tintan segera berlari mencari tempat sunyi sambil androidnya nempel ditelinganya. Seketika Rasto mengarah gembira ke kami, "Trisni, Niih kubelikan kamu sate mie, trima ya?"   "Ehhh Rasto,aku gak laper kok!, jangan repot-repotlah, gak enak aku." "Gak apa Tris khan aku Ikhlass kasih kamu, please Tris?"  Ku kasih lirikan senyum ke Trisni supaya ambil makanan dari Rasto. "Lain kali jangan gitu Rasto, biasa aja."  Raut sebel si Trisni dihadiahkan ke aku. Saat itu datanglah Tintan kearah kami, namun tatapannya tak mengarah kepadaku, sesombong itukah kau si bunga yang pernah menghiasi pojok pojok hatiku, sesinis itukah setelah kau dapet badboy terminalmu!?" benakku meronta menggemparkan halaman hati yang pernah disinggahi Tintan. 

Setelah usai kelasku hari itu  segera  aku berkemas tuk pulang, terlihat olehku Tintan berlari menuju gerbang seperti biasa, dijemput oleh badboy pujaan hatinya, Pikirku, "Oooohh, ternyata badboy lebih disukai Tintan semoga badboymu menyayangimu, ku ikut senang banget," Panasnya terik matahari  seolah  membakar  dan  melalap habis pelataran hatiku. Segera kami menuju parkiran motor tuk meluncur ke rumah.

"Ayyook ikut aku Trisni, kuanter kerumah tapi kita mampir dulu di cafee suka hati yuuuk?"  "Gak ahhhh Rasto, mkasihh ku mau cepet pulang!, kuikut Rega aja!"  Dengan rasa Kesal tertahan Rasto bilang, "Yaudahhlah Trisni!" secepat jet melesat Rasto melaju kesal bersama motornya. "Yuukk, Ga kita pulang, tapi gak mau ku mampir-mampir lho!, takut hari hujan, kalau kesorean juga kena marah mama."  "Gak paling kita mampir bentar tuk beli buah jambu kristal, Ada rujaknya juga lho,  you suka khan Tris?"  "Ehhh, gak usahlah Rega, ku gak suka jambu kristal, gak perlu kita langsung aja pulang ya!"  Sergah Trisni kesal. Ku perhatikan debatan Rega dan Trisni pergi menghindari jebakan waktu menjelang sore yang menjerat kami pada  sore laknat itu, sampai mereka akhirnya pergi  bersama angin sore nan penuh gejolak , benakku langsung tertuju tembus ke sebuah arah dimana ada hasrat nafsu nikmat sesat. 

Kuarahkan motorku ke selatan kota untuk sekedar mencari angin sepoi nan segar, kubawa motorku melintas menembus angin laknat sore itu, kulihat Rega dan Trisni sedang berdiri di warung buah pinggir jalan, tampak si Trisni menthel uring-uringan dengan Rega. Ku tak pedulikan mereka ketika ku lewat di depan warung buah. Tak tahu mengapa seolah angin membawaku lebih cepat  pada sore laknat itu dan  mengajakku cepat-cepat untuk melihat kumbang dan bunga terlibat hasrat. Seolah motorku di jerat angin supaya melambat, kurahkan pada sebuah  bangunan yang merupakan penginapan dikota itu. Kutoleh ke kiri ada kulihat berdua bermotor Tintan bersama Badboynya keluar dari penginapan tersebut dengan kecepatan tinggi.

Bak dihantam gelombang tsunami hatiku melihat itu, "Gak percaya! sekali-kali ku gak percaya!" Guman hatiku. Kuhentikan motorku didepan warung kopi tuk ambil nafas dan tentramkan diri.Setelah reda gejolaku, kuarahkan motorku tuk pulang dengan tanda tanya membebani otakku.

Esok harinya, ketika ku lagi nyapu didepan kelas tiba-tiba uringan si menthel Trisni  menyerbuku, "Purbo, benci nian aku sama Rega, orang diajak pulang malah pergi ke warung buah beli jambu!, sebel banget ku!"  "Lho kok sebel, khan jambu tuk kamu, enak dong mestinya khan ditraktir ?"  sahutnya, "Gaklah ku gak suka jambu, kecuali yang beli Purbo, he he he."  Tawa menthelnya  membelah teras depan sekolah. Seketika datanglah Tintan berjalan ke arah kelas dengan jaket di pundak, namun dengan muka yang murung, saat bell berbunyi kami segera memasuki kelas tuk menginfuskan diri dengan ilmu-ilmu biologi.

Hari hari terus berlalu sampailah hampir mencapai bulan ke 3, saat itu ku dibantu  Trisni bersih-bersih ruangan kelas, tiba-tiba Rega datang membawa kado ulang tahun buat Trisni, "Hai Trisni, Met Ultah ya?'  " Maksih  Rega perhatiannya," Jawab Trisni datar  "Ini sate kesukaanmu, kubelikan khusus tuk kamu dihari istimewa ini." "Mkasih sekali Rega." Ucap Trisni datar. Ku melirik kearah Trisni menthel namun wajahnya tertunduk, ketika Rega pergi meninggalkan kami.

Suatu hari yang cerah sekitar jam 10 pagi terdengar dari kelasku seorang berlari menuju WC dan tampaknya orang itu si Tintan, tak berapa lama dari jendela kulihat Trisni tergopoh menuju WC putri, "Ahhh mungkin masuk angin pikirku" setelah kira kira 25 menit Tintan dan Trisni kembali ke kelas. Terdengar ditasku ada notifikasi dari Kontaknya Trisni, segera kubuka pesan dari Trisni tertulis "Purbo, Tintan di WC muntah-muntah."  "Sakit apa Tintan?" Jawab Trisni, "Belum tau tpi dianya dipanggil bu Marnah ke kantor .Rasa sedih segera menghardiku keras banget, "Jangan-jangan pemandangan tempo dulu itu benar si Tintan dan Badboy, aaahh! Gak percaya aku!"  

Seusai kelas  sebelum piket ku bidikan pandanganku  ke halaman sekolah, tak tampak si Tintan, bunga yang pernah bermain di pelataran hatiku tempo dulu. Hatiku semakin risau dengan tanda tanya yang memburuku. Keesokan harinya ku bersenda gurau bersama temen-temen di teras kelas, namun sampai bell masuk Tintan seolah hilang ditelan kabut pagi nan dingin itu. Terdengar suara notifikasi dari HP ku ternyata ada pesan dari Trisni, "Purbo, kata Bu Marnah si Tintan untuk sementara tidak sekolah dulu karena sakit."  Lanjutan pesan itu berbunyi, "Tapi Bu Marnah gak ngomong Tintan sakit apa?"  Ku mulai pecaya pemandangan sekitar 3 bulan lalu itu adalah Tintan dan badboynya.

Saat kusedang nyantai malas setengah ria ku dapet pesan dari si menthel Trisni, "Purbo, Yukk!  kita ke air terjun, tempatnya indah Lho."   "Wahh kumalah blum pernah kesana." Jawabku   "Makanya besok ma aku, pakai motor aku aja, OK...OK?"   "Yalah besok jam brapa kesini Tris?"   "Jam 10 pagi ya? .., siap lhoo! Ehhh aku  kirimi kamu kemplang palembang lewat GoFood, awas! gak boleh nolak!"  "Aduuuhh kamu repot-repot Trisni."Jawabku laksana Kucing memalukan.

Keesokan harinya menjelang pukul 10 an pagi terdengar suara  klakson bunyinya kencenng tatkala ku sedang kebersihan di kebun sayurku. Secepat  ku merangsek keluar bersama hatiku yang masih hambar. Kulihat Trisni memakai setelan Jeans hitam dengan setelan kaos agak orange cukup ketat, ada di depan rumahku, "Hai, Purbo pergi yuuuuk!"  "Iya ni kuudah siap juga kok. "Segera kukunci pintu rumahku ku minta kunci motor Trisni , sekejab ku pergi membelah pagi itu bersama angin-angin cinta. Selang  45 menitan kusampai di air terjun, namun situasi tampak ramai, dengan sedikit kecewa ku cari tempat istirahat yang sepi dan agak jauh dari air tejun itu, susasana tampak gak begitu panas, dan tampak bunga dan kumbang beterbangan disekitar kami.

"Purbo?"  Trisni memecah kesunyian saat itu," "Knapa Tris ?" Jawabku singkat. "Boleh kutanya kamu?" Trisni menundukan kepala sambil, memegang penjepit rambutnya, "Boleh kok"  "Kenapa kamu gak Peka selama ini?"  "Peka bagaimana?, kita khan tetap temenin khan?"  lanjutku heran,  "Peka!.. Peka..!Peka dong purbo!" sambil banting penjepit rambutnya ke rerumputan Trisni melirikku. "Yang jelas aja kalo omong?"  "Ketika kamu senyun ma temen-temenku, aku cemberut knapa tak perhattiin aku?"  "Kamu senyum ma temenku klass IPA, aku cemberut kamu malah tinggalin aku!, Jahat kamu, Prubo."  "Khan  kucuma senyum hatiku gak kubrikan ke mreka kok?"  Mendengar itu Trisni tersenyum manis, ada kurasakan sedikit suka padanya.  "Aku tu sayang kamu, jujur aku ngomong!" Mendengar kejujuran Trisni itu hatiku cukup meleleh bak es batu,  "Yaudah Trisni, kuterima rasa sayangmu, tanganku membelai rambutnya yang agak kriting panjang, kurasakan terbersit  rasa sayang hadir dihatiku saat itu. Tampak mata Trisni mengalir air matanya, kulihat sekirbat senyum menghiasi wajahnya yang item manis. "Kuterima sayangmu Trisni, namun ku gak bisa sepenuhnya." Jawab Trisni, "Ku juga gak minta sayangnya yang banyak kok, Purbo, kucuma kamu perhatiin aku aja," Semakin rapat kumemeluk Trisni, seakan hadir rasa sayang dihatiku. Trisni kuijinkan kamu bermain di pelataran hatiku, kuijinkan kamu berlari kemanapun kamu mau, jika perlu tanamilah hatiku dengan bunga-bunga cintamu. Gantilah Tintan dengan dirimu, ku sudah relakan Ia pergi, ku mau juga kamu manja di pelataran itu, sekali-kali menangislah untukku, mainlah ditengah-tengahnya, supaya ku bisa rasakan hadirmu disetiap nafasku. Satu mintaku semester ini kita harus juara kelas, kita jahit hari kita dengan semangat,  Sejak saat itu kembang Tintan yang terkadang  muncul di pelataran hatiku lenyap tak berbekas. 

Catatan : Nama dan cerita ditas hanya fiksi belaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun