Mohon tunggu...
joko gunawan
joko gunawan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Generasi Muda dan Perubahan di Belitung

7 Juli 2017   16:09 Diperbarui: 7 Juli 2017   16:12 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: himpunanceritalawak.com

Liburan sudah selesai, setiap orang mulai kembali kepada kesibukannya masing-masing. Yang mudik mulai kembali ke rutinitasnya; yang sekolah mulai kembali membuka buku pelajarannya; yang kerja kembali ke kantornya; yang belum punya kerjaan mulai sibuk mencari lowongan; dan yang jomblo pun bersiap kembali mencari pujaan hatinya. Sungguh perjalanan hidup yang patut disyukuri yang tentunya tidak akan sama disetiap tahunnya.

Seperti halnya Belitung, Negeri Laskar Pelangi yang tak henti-hentinya menunjukkan senyum manisnya kepada para penggemarnya, dimana setiap tahun jumlah pengunjung semakin bertambah yang tentunya merupakan suatu kebanggan sebagai orang Belitung.

Kehidupan yang sederhana, alami, dan romantis adalah ciri khas Belitung yang menjunjung tinggi nilai tradisional yang jelas berbeda dengan kota-kota lainnya. Namun apakah kesederhanaan Belitung ini akan selalu sama?  Jawabannya jelas tidak.

Sebagai putra daerah yang merantau di Negeri Gajah Putih, tentunya saya selalu mudik saat lebaran, dan disinilah saya mengobservasi setiap perubahan yang ada di Belitung setiap tahunnya. Belitung yang dulunya sepi, sekarang sudah banyak pengunjung; dulunya hanya ada penginapan, sekarang muncul hotel berbintang; dulunya hanya pakai sepeda, sekarang sudah banyak yang pakai motor dan mobil; dulunya hanya beberapa toko, sekarang muncul 1001 kedai kopi. Perubahan ini bukan hanya terjadi dalam hal infrastruktur, namun juga berubah dalam hal mindset atau pemikiran yang dipengaruhi oleh media seiring dengan perkembangan zaman.

Banyak sekali putra dan putri daerah yang diminta orang tuanya untuk merantau ke kota ataupun Negara orang lain agar bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih dan tentunya agar bisa membangun Belitung yang lebih baik. Tentunya mereka bukan hanya mendapatkan pengetahuan, namun juga gaya hidup termasuk cara berpakaian. Bagaimana tidak? dulunya masih banyak yang pakai sandal jepit, sekarang para anak muda mulai memakai sepatu dengan gaya trendi ibukota.

Jika pulang ke kampung halaman, tentunya PNS bukanlah satu-satunya mimpi mereka. Tapi lebih dengan bagaimana pengetahuan yang didapat di negeri orang diterapkan di negeri sendiri. Berpikir kreatif dan bahkan membuka lapangan kerja baru itulah yang dinamakan mahasiswa, yang selalu semangat ingin membuat orang tuanya tersenyum karena begitu banyaknya uang yang keluar demi menyekolahkan anaknya. Pikiran-pikiran kreatif ini terlihat dari perubahan yang ada sekarang, sebagai contoh: GoJek, Grab Taxi, Grab Car dan lain-lain yang dibangun oleh mahasiswa. Dulu banyak yang memberhentikan ojek atau taksi di tepi jalan, sekarang hanya tinggal booking melalui smartphone. Orang-orang saat ini sudah memanfaatkan segala teknologi praktis di kehidupan sehari-harinya sehingga bagi yang masih menggunakan ojek atau taksi manual tidak perlu marah. Karena inilah yang dinamakan perubahan.

Masih ingatkah dulu banyak becak, namun setelah ada ojek kemudian becak menghilang ntah kemana; masih ingatkah dulu banyak angkutan umum (angkot) di Belitung, namun setelah ada kredit motor murah, angkot pun angkat kaki di kota ini. Bukan tidak mungkin tidak lama lagi akan muncul Go Pembantu, Go Pasar, Go Gorengan, dan lainnya. Jangan salahkan perubahan ini, tapi salahkan orang tua yang dari awal menyuruh anaknya merantau ke luar daerah untuk mencari dan menciptakan perubahan-perubahan tersebut, dan tentu untuk membangun daerah yang lebih maju. Intinya, kita tidak akan bisa menolak perkembangan zaman, termasuk budaya-budaya asing yang akan masuk ke daerah kita tercinta ini.

Yang harus kita lakukan saat ini adalah menanamkan dan manjaga jati diri para anak muda sebagai generasi penerus Belitung yang baik, seperti halnya yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, We can accept all cultures in the world to our place, but please ensure that we will not be influenced by them. Kita boleh saja menerima semua budaya yang ada di dunia ini, namun tentunya kita harus memastikan bahwa kita tidak terpengaruh oleh budaya tersebut.

Agar bisa terlibat dalam perkembangan zaman namun tidak terpengaruh, tentunya kita harus mempersiapkan diri. Orang tua harus mengingatkan anak-anaknya atau bahkan mengerti sedikit dunia teknologi agar bisa mengerti pergerakan anaknya. Facebook, instagram dan sosial media lainnya seringkali menjadi acuan para manajer perusahaan untuk mengevaluasi anak buahnya, dan ini mungkin bisa diterapkan oleh orang tua kepada anaknya, karena seringkali keluhan dan segala aktifitas dipost di facebook.

Disisi lain, agar tidak melupakan masyarakat ekonomi ASEAN, mungkin pergerakan  MEA tidak begitu terlihat di Belitung saat ini, tapi di Ibu kota Jakarta dan di Negara-negara tetangga, termasuk Thailand yang saya obervasi selama 4 tahun ini berkembang pesat, dimana isu MEA ini selalu menjadi fokus utama, khususnya di bidang ekonomi dan bisnis. Para generasi muda sepertinya wajib mempersiapkan diri, bukan uang yang banyak, tapi minimal bahasa Internasional dikuasai, yaitu bahasa Inggris, agar kita bisa menyampaikan ide, gagasan, masukan, serta kritikan jika suatu saat perubahan -- perubahan dari luar datang ke daerah kita tercinta ini.

Selain itu, para anak muda khususnya mahasiswa tetaplah menjaga pemikiran kritisnya, jika ada hal-hal yang merusak Belitung tercinta ini, jangan lupa berpegangan tangan, bahu- membahu untuk menyuarakan suara agar Belitung ini tidak dimainkan oleh yang punya kepentingan saja. Salam generasi muda

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun