Di sebuah desa kecil bernama Sukamulia, hiduplah seorang pemuda bernama Putra. Sejak kecil, ia dikenal memiliki semangat besar untuk belajar. Setiap pagi, ia berjalan kaki ke sekolah dengan penuh semangat, meskipun jarak sekolah jauh dari rumahnya. Baginya, ilmu adalah cahaya yang bisa mengubah masa depan.
Putra sering mendengar sebuah hadist yang sangat menginspirasi dirinya yaitu: "Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina." Meskipun hadist ini dianggap dhaif (lemah), maknanya tetap membekas di hatinya. Ia memahami bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim, bahkan jika harus menghadapi kesulitan dan menempuh perjalanan jauh.
Putra memiliki cita-cita yang besar. Ia ingin menjadi seorang insinyur agar bisa membangun infrastruktur di desanya yang masih tertinggal. Namun, keluarganya bukanlah orang kaya. Ayahnya seorang petani sederhana, sementara ibunya seorang penjahit.
"Putra, mungkin cita-cita itu terlalu besar untuk kita. Kita tidak punya cukup uang untuk menyekolahkanmu ke kota, apalagi ke luar negeri," kata sang ayah pada suatu malam.
Namun, Putra tidak menyerah. "Ayah, bukankah Rasulullah SAW menganjurkan kita menuntut ilmu meski harus ke tempat yang jauh? Aku akan bekerja keras untuk mewujudkannya," jawab Putra dengan penuh keyakinan.
Setelah lulus SMA, Putra memutuskan untuk merantau ke kota besar. Ia bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan sambil mengambil kursus persiapan ujian masuk universitas. Setiap malam, ia belajar hingga larut, meski tubuhnya lelah setelah seharian bekerja.
Suatu hari, pemilik rumah makan tempat Putra bekerja, Pak Joko, melihat kegigihannya. "Putra, kamu anak yang rajin. Apa cita-citamu sebenarnya?" tanya Pak Joko.
"Saya ingin kuliah Pak, agar bisa membawa perubahan untuk desa saya," jawab Putra.
Pak Joko terkesan dengan tekad Putra. Ia pun menawarkan bantuan untuk membiayai kuliahnya. "Anggap saja ini investasi untuk masa depanmu. Tapi kamu harus berjanji, setelah sukses kamu harus membantu orang lain." kata Pak Joko kepada Putra.
Berkat kerja keras dan bantuan Pak Joko, Putra berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi ke Cina, negara yang disebut dalam hadist yang menginspirasi dirinya. Di sana, ia belajar teknologi konstruksi modern sambil mendalami budaya dan bahasa setempat.
Meski tinggal jauh dari tanah air, Putra tidak pernah melupakan ajaran Islam. Ia sering menghadiri kajian bersama komunitas Muslim di Cina dan bahkan mengajarkan anak-anak Indonesia yang tinggal di sana tentang Al-Qur'an dan bahasa Indonesia.