Sejatinya puasa adalah ibadah untuk melatih diri dari godaan setan dan hawa nafsu. Orang berpuasa mampu menghindarkan diri dari makan dan minum untuk menggantinya dengan mengonsumsi zikir dan bacaan-bacaan Alquran. Puasa merupakan dimensi ketauhidan antara Tuhan dan hambanya. Semakin besar godaan muslim yang berpuasa, maka akan semakin istimewa kualitas ibadahnya di hadapan Allah.
Dalam prosesnya, puasa harus menghindari sifat-sifat kebencian, kedengkian, kemarahan, dan tindakan anarkis yang dialamatkan kepada orang lain yang tidak berpuasa. Puasa tidak  boleh dijadikan alasan tersendatnya rezeki bagi mereka yang berjualan di siang hari pada bulan Ramadan dengan aksi razia terhadap warung-warung yang menjajakan makanan.
Orang berpuasa harus bisa menerapkan prinsip kesalehan sosial dan kesalehan individual. Kesalehan sosial merupakan perilaku manusia yang peduli dengan nilai-nilai islami yang bersifat sosial. Sedangkan kesalehan individual merupakan kesalehan yang hanya mementingkan ibadah semata yang berhubungan dengan Tuhan dan kepentingannya sendiri (Haris Riadi, Jurnal Pemikiran Islam An-Nida', 1, Januari-Juni 2014: 49).
Khairunnas anfa'uum linnas (sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain). Mari di bulan yang penuh berkah kita perbanyak berprasangka baik kepada sesama, termasuk menghargai orang yang tidak berpuasa serta memperbanyak ibadah sebagai bentuk pengabdian hamba kepada Tuhannya. Sebab puasa adalah ibadah untuk Allah, bukan untuk dirinya sendiri.