Amarah sempat dalam dada
Namun akalku menerkam
Kubernyanyi di matahari
Kupetik gitar di rembulan
Di balik bening mata air
Tak pernah ada air mata
Sepenggal lirik lagu dari bang Virgiawan Listanto atau kerap disapa Iwan Fals yang berjudul "Di atas mata air ada air mata". Nostalgia jaman orde baru dengan suara lantang menentang penguasa. Sampai akhir tahun 90-an lagu-lagunya begitu menginspirasi dan melecut semangat kawula muda untuk berjuang melawan ketidakadilan.
Tidak mengherankan bendera OI atau Orang Iwan (sebutan untuk fans Iwan Fals) selalu menghiasi konser-konser dalam negeri - bersandingan dengan bendera Slank tentunya-. Sekilah tentang OI, menurut Iwan Fals hanyalah sebuah panggilan "oi" yang berarti seruan untuk berbuat kebaikan. Sekarang sudah menjadi Yayasan Orang Indonesia. Hebat kan?!
Lagu seperti Wakil Rakyat, Ujung Pondok Aspal Gede, Bongkar, Galang Rambu Anarki, Tikus Kantor, Pesawat Tempur, dan masih banyak lainnya yang begitu jelas tanpa tading aling-aling mengkritik pemerintah. Pria yang hampir genap berusia 60 tahun itu selalu mengajak untuk tidak bungkam meskipun nyawa taruhannya. Tak heran jika sikap fanatik penggemar Iwan Fals begitu nyata terlihat di beberapa acara konser musik. Benar-benar legenda.
Setelah era reformasi sebagai ujung tombak perlawanan terhadap orde baru, Iwan Fals masih juga kencang menyuarakan kritikan melalui lagu, meskipun tidak sefenomenal saat pohon beringin berkuasa. Simak saja lagu seperti Untukmu Negeri (2002), Asik Gak Asik (2014), Rubah (2007), Rekening Gendut (2013), dan Bangsat (2013). Sangat lugas menyuarakan aspirasi masyarakat.