Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berlomba-lomba dalam Kecantikan

16 Januari 2020   08:51 Diperbarui: 16 Januari 2020   08:50 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

"belomba-lombalah dalam kebaikan"

Begitulah pesan guru saya SMP yang masih melekat dalam ingatan. Selain "kejarlah ilmu sampai ke negeri cina". Selebihnya adalah ketidaksetujuan saya dalam persepsi fiqih antara saya dan guru agama islam di sekolah.

Waktu itu yang diajar masih anak-anak. Jadi wajar kalau sering mengabaikan apa yang disampaikan oleh guru kepada muridnya. Kemudian banyak diantara mereka yang menyadari pentingnya setiap pesan yang disampaikan oleh guru ketika menginjak masa dewasa. 

Namun kesadaran mereka mendadak menjadi sebuah cambukan ketika salah tafsir memaknai kebaikan. Fase remaja dan dewasa malah dijadikan ajang memperindah tubuh sendiri. Mungkin itu merupakan tafsir kata kebaikan menurut beberapa kalangan. "Cantik atau tampan kan juga baik?"

Menjadi lebih wajar lagi adalah ketika mereka beralasan memperindah diri untuk menarik lawan jenisnya. Berrias, ke salon, terapi, bahkan operasi plastik. 

Tujuannya hanya satu. Kepuasan diri karena banyak yang tertarik kepadanya. Sehingga jika ada cacat sedikit, mereka merasa minder, kurang percaya diri. Cantik atau tampan adalah kewajiban bagi mereka. Saya mengatakan mereka, karena ada juga yang tidak berpandangan seperti itu.

Untuk laki-laki mungkin itu menjadi suatu hal yang tidak begitu penting. Ya, meski mereka tetap harus menjaga penampilan. Sedangkan untuk wanita, menjadi cantik itu harus. Kenapa?

Kalau saya analisis wujud ketertarikan antar lawan jenis. Yang menjadi faktor utama pria tertarik dengan perempuan adalah kecantikannya. Selebihnya adalah akhlaknya, kepandaiannya, dan caranya bergaul. 

Namun tidak semua pria. Masih banyak pria "minor" diluaran sana. Sedangkan faktor utama wanita tertarik dengan pria adalah karena perbuatannya. Ini bisa dalam wujud perhatian dan perjuangan mendapatkan si wanita. 

Maka tidak heran banyak wanita cantik menikah dengan pria "yang maaf" berwajah pas-pasan. Meski ada faktor lain seperti kekayaan, kecerdasan, dan lainnya. Namun faktor cara PDKT menjadi yang utama mendapatkan si wanita.

Hal ini tidak bisa dipungkiri. Karena takdir pria yang lebih dikuasai logikanya sedangkan wanita selalu bergelut dengan perasaannya. Ini adalah pandangan dan riset mayoritas, jadi kalau ada yang tidak sependapat, anda termasuk satu dari beberapa orang minoritas di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun