Mohon tunggu...
Joko Rinanto
Joko Rinanto Mohon Tunggu... Penulis -

Menulislah, karena hidup adalah sebuah perjalanan pengaruh dan memengaruhi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berdamai dengan Radikal Bebas

29 Maret 2011   12:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:19 1922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13013994881239717434

Ketika mendengar kata ‘Radikal Bebas,’ maka yang akan ada dalam benak adalah musuh yang harus diwaspadai tentunya. Sebisa mungkin tidak ada toleransi dengan keberadaan radikal bebas. Jika perlu berbagai jurus dengan menumpuk persediaan amunisi anti oksidan dalam perut segera dipenuhi agar radikal bebas dibabat habis. Sedemikian menjadi momoknya radikal bebas, maka sampai-sampai keberadaannya tidak lagi dikenali dengan baik, jika tidak ingin disebut penjahat yang menjadi biang keladi timbulnya penyakit berat. Padahal ada kalanya kita harus berdamai dengan radikal bebas karena eksistensi dan aktivitasnya juga berguna dalam tubuh.

Jika dapat divisualisasikan sebagai orbit pelanet di dalam tata surya, radikal bebas (R*) adalah suatu atom, molekul atau senyawa yang dapat berdiri sendiri, mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Sama seperti manusia yang belum mendapatkan pasangan hidup hingga selalu aktif mencari pasangan, aktivitas elektron tanpa pasangan menyebabkan radikal bebas (R*) reaktif. Adanya satu atau lebih pada elektron yang tidak berpasangan menyebabkan radikal bebas (R*) cenderung mencari elektron untuk dijadikan pasangan sehingga mencapai duplet atau octet (kondisi stabil) dengan mengambil dari senyawa lain atau ditarik pada medan magnet tertentu.

"Keberadaan radikal bebas (R*) dalam tubuh berperan penting dalam proses-proses biokimiawi yang diperlukan oleh tubuh. Proses-proses itu antara lain seperti reaksi perlepasan elektron suatu zat yang melibatkan sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot polos, dan proses fagositosis (perusakan sel kuman oleh antibodi)"

Radikal bebas (R*) dapat terbentuk dari senyawa non radikal melalui reaksi kimia redoks (menerima atau melepaskan elektron), melalui penyerapan radiasi (ionisasi, UV) atau jika ikatan kovalen dalam suatu senyawa pecah (homolitic fusion) atau karena adanya reaksi Fenton. Berikut ini adalah cara-cara pembentukan radikal bebas yang banyak dikenal.

1.Reaksi Fenton (Redoks) Fe2+ + H2O2---->Kompleks perantara Fe3+ + OH* + OH- Cu+ + H2O2 ---->Cu2+ + OH* + OH-

2.Reaksi Fusi a. Fusi homolitik A : B ----->A* + B* H2O ------>OH* + H* b. Fusi heterolitik A : B ----->A**- + B+ H2O ------>OH- + H+

3.Reaksi absorpsi energi O2 1 elektron O2*- (reduksi) O2 2 elektron H2O2 (reduksi, dengan penambahan 2 H+, atau protonasi dari O22-) H2O2 energi 2OH* OH* adalah radikal bebas hidroksil, suatu radikal yang paling reaktif.

Keberadaan radikal bebas dalam tubuh tidak bisa dihindari, karena radikal bebas (R*) dapat bersumber dari dalam tubuh itu sendiri atau luar tubuh. Pembentukan radikal bebas (R*) di dalam tubuh sendiri antara lain berasal dari proses perpindahan elektron di mitokondria (paru-paru sel), perlepasan elektron hemoglobin (Hb), enzim yang menggunakan oksigen secara berlebihan, reaksi dismutase, dan reaksi kimia fenton.

Keberadaan radikal bebas (R*) dalam tubuh berperan penting dalam proses-proses biokimiawi yang diperlukan oleh tubuh. Proses-proses itu antara lain seperti reaksi perlepasan elektron suatu zat yang melibatkan sitokrom P450, pengaturan kontraksi otot polos, dan proses fagositosis (perusakan sel kuman oleh antibodi). Radikal bebas yang memiliki peranan penting dalam tubuh adalah radikal turunan dari oksigen yang disebut kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS). Banyak sekali jenis radikal bebas (R*) yang sudah diteliti, seperti radikal oksigen atau superoksid (O2*-), radikal hidroksil (OH*), radikal alkoksil (RO*), radikal peroksil (ROO*) serta radikal bebas derivat H2O2 (peroksida).

Sementara kondisi radikal bebas yang memberikan dampak buruk pada tubuh adalah apabila terjadi kelebihan radikal bebas (R*) atau sering kali disebut stress oksidatif yang tidak diimbangi dengan antioksidan yang ada. Kemungkinan terjadinya stress oksidatif antara lain dikarenakan oleh kelebihan jumlah radikal bebas yang diterima dari luar tubuh baik sengaja maupun dengan tidak sengaja, seperti polutan(ozon, hidrokarbon, dan nitrogen oksida), rokok, atau pengaruh dari obat-obatan (bleomycin. Anthracyclines, methotrexate).

Dengan demikian maka tidak selamanya radikal bebas merugikan, karena pada dasarnya radikal bebas diciptakan Tuhan dengan maksud dan tujuan tertentu yang mungkin tidak pernah terbayangkan. Keberadaannya dalam tubuh patut disyukuri sebagai benda yang membantu sistem biokimia tubuh. Maka sudah selayaknya keseimbangan jumlah radikal bebas selalu dijaga agar kita dapat berdamai dengan aktivitas radikal bebas, yaitu dengan pola hidup sehat antara lain dengan menjauhi rokok dan bersentuhan dengan polutan secara terus-menerus serta mengkonsumsi asupan makanan yang menyehatkan secara seimbang.

Oleh: Joko Rinanto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun