Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Lepas di China Report ASEAN

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Reuni

15 Maret 2021   18:29 Diperbarui: 15 Maret 2021   18:48 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Reuni (dokpri)

"Iya nih, kita-kita udah punya pasangan dan anak, masa kamu belum?" tanya seorang teman yang dulunya pendiam. Setelah lulus ia merantau ke ibukota menjadi pemandu karaoke. Beberapa tahun kemudian ia pulang kampung, membawa seorang anak.

"Oh ya, naik apa kamu ke sini. Kerja di luar banyak uang lah ya. Pulang kampung beli mobil dong", tanya temanku yang kini bekerja sebagai sales mobil. Ia sering terlihat mengupload foto necis dengan para konsumernnya.

Aku selalu tersenyum bahkan tertawa kecil ketika mereka berbagai macam pertanyaan. Tentang kehidupan pribadiku selama 8 tahun belakangan. Bukan waktu yang singkat untuk meninggalkan kampung halaman, apalagi melihat teman-temanku sudah berumah tangga. Terkadang aku pun bingung untuk menjawab apa pertanyaan mereka karena tak pernah terlintas di benakku tentang pertanyaan itu, atau karena aku terlalu ketinggalan tren yang berlaku di sini.

"Aku baik-baik saja," jawabku.

"Maaf tidak memberitahu kepulanganku, tiba-tiba muncul di reuni ini. Makasih sudah mengundangku. Aku sungguh rindu nasi goreng, sate ayam, gado-gado, soto, dan yang paling utama adalah bebek gorengnya. Mungkin setelah menyantap hidangan ini aku bisa menjadi tambah gemuk.

Maklum di negara rantauanku, masakannya tak terlalu berbumbu dan berasa tajam seperti di sini. Mereka lebih berselera pada rasa asli daripada bumbunya. Selain itu, aku sudah jarang makan makanan yang digoreng. Oleh karena itu, mengapa aku tak bisa cepat gemuk. Aku masih bekerja, sambil menyelesaikan studi dan penelitianku. Semoga tahun depan lulus. Mungkin setelah lulus pun aku tetap bekerja di sana.

Di sini tak banyak kesempatan untuk bekerja sesuai dengan bidang yang kupelajari. Mungkin suatu saat aku akan membagikan ilmunya di sini. Waktu di sana ku pernah punya pacar, tapi sayang sekali tidak pernah langgeng, juga tak pernah kupajang fotonya di media sosial. Mungkin seharusnya aku lebih perhatian pada hal-hal kecil itu. Aku mungkin hanya berencana untuk menikah, tapi tak berencana untuk mempunyai anak.

Mungkin sedikit tidak enak untuk mengatakan ini, tapi setidaknya aku menjelaskan alasannya. Ku tak ingin kita over populasi, mempertaruhkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan ketahanan pangan kita. Melihat persawahan menjadi perumahan di satu sisi, sedangkan mengandalkan impor bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan sangat rentan untuk krisis pangan di masa depan. Selain itu, perubahan iklim semakin nyata menghantui.

Masalah pendidikan pun tak kalah mengkhawatirkan, proporsi antara guru dan murid, kurikulum, fasilitas, tak banyak peningkatan semenjak kita duduk di bangku bangku itu. Masalah kesehatan adalah juga tak kalah pentingnya. Pelayanan kesehatan dan kualitasnya tak kunjung meningkat. Jika virus menular selanjutnya terjadi kembali, bagaimana dengan persiapannya kita pun masih harus memutar kepala keras-keras.

Fasilitas dan infrastruktur kita tak ada banyak kemajuan. Mengapa kita banyak terdiam ketika para pejabat daerah menggerogoti dana-dana anggaran yang seharusnya untuk kepentingan masyarakat. Jalan-jalan kita masih rusak, namun kendaraan pribadi semakin banyak. Trayek bus yang dulunya ramai kini makin ditinggalkan, malah dibiarkan menjadi kemacetan. Jadi karena itu aku pun tak beli kendaraan pribadi.

Ku lebih menyayanyi dan merawat dengan baik baik motor bapakku. Walaupun sudah tua, namun bisa kugunakan seperlunya saja. Kalau ada perlunya pun, aku memilih untuk berjalan, seperti yang kulakukan di tempatku merantau. Kapan aku bisa merasakan naik bis atau angkutan umum di kabupatenku ini. Mungkin dalam 10 tahun pun tak pasti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun