Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Lepas di China Report ASEAN

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Kantin Ajaib

15 Februari 2020   19:35 Diperbarui: 17 Februari 2020   18:03 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap hari selama empat tahun ia tak pernah makan hidangan yang sama di kantin itu. Mereka sengaja telah memasak selama 4000 tahun sebelumnya untuk ia nikmati saat ini.

Suara spatula menghantam wajan besar. Menggema. Suara menyerok sampai pada dasarnya mengikuti, juga goyangan dan gesekan pada kompornya. Berulang-ulang, berirama tetap. Kemudian api dimatikan, ditutup tiga kali pukulan tanda masakan telah matang. Seorang koki memanggil si pemesan, berulang kali. Tak ada yang merespon.

Lili bangun dari mimpinya, sepiring nasi goreng gagal diterimanya. Sadar karena bermimpi ia lalu melihat jam dinding. Sudah tepat pukul 12 siang, waktu istirahat kuliah.

Bel yang dinanti segera berbunyi, teman sekelasnya bergegas pergi. Lili cepat mengikuti, bahkan ingin mendahului. Ia membayangkan makan pada jam istirahat pasti cepat penuh sesak, harus antri panjang, tak ada tempat duduk yang tersisa, atau mereka hanya taruh buku atau tasnya di meja dan kursi, seolah mengatakan bahwa meja kursi ini telah dipesan.  

Lari dan terus lari melewati beberapa temannya di lorong, jalan, persimpangan. Sampai di kantin tak lantas pesan namun seperti biasa ia akan taruh tasnya di kursi, buku di meja. Kembali lari dan masuk antrian, nomor tiga dari depan. 

Cukup beruntung pikirnya. Biasanya akan lebih panjang, bahkan tak ada tempat lagi. Papan menu besar di atas vendor, ditatapnya serius, sulit memutuskan. Bukan karena bingung ingin makan apa, namun karena pilihannya begitu banyak. Akhirnya ia memilih "daging cincang telur pitan pedas rempah".

Tangan-tangan terampil para koki dipadu kerja sama cekatan membuat takjub. Tak sampai 5 menit masakan sudah tersaji. Masakan ini belum pernah dicoba sebelumnya. 

Diaduk, diangkat, lalu dicicipi pelan-pelan. Sesaat kemudian ia membayangkan bahan dan cara membuatnya. Paprika hijau dan merah dipotong kecil, daging ayam dicincang, potong kecil ujung daun bawang, dan telur pitan dipotong kecil. Semuanya dimasak dengan cara tumis, ditambah kecap asin, dan cuka hitam.

Tiga kali sehari setiap hari Lili rutin datang ke kantin, setia selama 4 tahun. Kantin itu ia namai kantin ajaib. Sederhana alasannya, ia tak pernah makan masakan yang sama, selalu berbeda dan bervariasi. Kantin ajaib tentu bukan kantin biasa dan sederhana. Sangat luas, memiliki 4 lantai, dan ditempati lebih dari 50 vendor. Di setiap vendornya menyediakan puluhan menu, dari sarapan, makan siang, dan makan malam.

Waktu makan selalu dinantinya, meskipun harus lari dari kelasnya, antri, bahkan berdesak-desakan.

Malam harinya ia memesan tahu mapo, hidangan populer Sichuan. Nama hidangan ini diambil dari nama seorang wanita berbintik, dalam bahasa Mandarin disebut "Mapo", yang terkenal karena membuat tahu goreng lezat di Chengdu. Bahan utamanya adalah tahu putih lembut, daging sapi atau babi cincang, cabai, dan lada Sichuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun